Wednesday, July 4, 2007

detoksifikasi

Tak cuma ular yang beracun, manusia juga!

Racun ada dimana-mana baik di luar maupun di dalam tubuh. Dalam rupa polusi, termasuk pola gaya hidup atau pola makan tak sehat. Dan, bisa meracuni kita sendiri. Proses keracunannya berjalan lambat, bahkan tak terasa. Jika sudah muncul gejala seperti mudah lelah, tubuh terasa letih, sering sakit kepala dan kulit menjadi kusam, rasanya anda butuh didetoksifikasi alias pengeluaran racun.
===

Mungkin anda tidak percaya kalau tubuh kita mengandung racun. Memangnya, kita ini ular? Racun dalam tubuh manusia memang bukan seperti racun pada ular. Racun atau toksin dalam tubuh manusia dipilah dua, yaitu endotoksin yang asalnya dari dalam tubuh dan eksotoksin yang asalnya dari luar tubuh. Endotoksin berasal dari bakteri-bakteri yang menumpang hidup di dalam tubuh. Termasuk sampah hasil metabolisme tubuh. Sedangkan eksotoksin bisa berasal dari asap rokok, polusi udara, junk food, makanan berpengawet dan pewarna makanan sintetik. Kalau segala bentuk rupa racun ini tidak dikeluarkan dan terus menumpuk dalam tubuh, nantinya, jelas bikin penyakit. Berbeda dengan ular, racunnya justru penting untuk mencari makan.

Sebenarnya, kita tak perlu kuatir meskipun racun ada di dalam tubuh kita. Asalkan semua organ tubuh dalam kondisi sehat, segala racun tadi bisa enyah berkat kerja keras liver(hati), ginjal, dan saluran pencernaan. Proses bersih-bersih racun inilah yang dinamakan detoks. Ketika toksin atau racun masuk dalam tubuh, liver adalah organ yang berfungsi menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh. Kemudian toksin itu dibuang melalui ginjal dan saluran pencernaan (usus besar). Pembuangan toksin yang melalui ginjal berupa air seni dan saluran pencernaan berupa feses atau tinja.

Kalau buang air besar teratur, kencing juga lancar, berarti aman dong. Eit, belum tentu. Menurut Andang W Gunawan konsultan kesehatan alami dan penulis buku “Food Combining”, jika lambung terus menerus dijejali makanan busuk akibat pola makan yang buruk, liver akan membengkak dan meregang. Liver juga akan kelelahan akibat mencerna protein dan lemak dalam jumlah besar (junk food), juga karena racun dari obat-obatan dan zat sintetis lainnya. Partner kerja liver yaitu pankreas akan membengkak melebihi ukuran normal akibat terus-menerus dipaksa memproduksi enzim untuk mencerna makanan yang sudah tidak memiliki enzim semisal makanan berpengawet.

Jika toksin yang masuk ke dalam tubuh begitu banyaknya, semakin hari tugas liver akan semakin berat dan juga terganggu. Kalau Liver bisa omong, dia akan bilang, capeek, deeh…! Akibatnya, toksin akan mengendap dalam tubuh karena sudah melebihi batas kapasitas dan kemampuan sistem pembuangan. Usus besar tebal dengan kotoran yang pekat sehingga dapat meracuni aliran darah. Dalam jangka pendek akan timbul gejala atau tanda-tanda seperti mudah lelah, tubuh terasa letih, sering sakit kepala, sariawan, dan kulit menjadi kusam. Tubuh juga bisa terkena penyakit toksemia (kondisi keracunan dalam darah).

Padahal, hampir semua penyakit pada organ vital yang dapat menyebabkan kematian erat hubungannya dengan toksemia. Sebab sel-sel tubuh memperoleh makanan dari darah, sedangkan darah memperoleh makanan dari usus. Setiap zat yang dikonsumsi tubuh akan diserap dinding usus dan kemudian didistribusikan darah ke setiap sel tubuh. Nah, jika di usus ada racun, ia akan ikut terserap ke seluruh tubuh. Melalui aliran darah toksin akan masuk ke jaringan lain termasuk mengganggu sistem kekebalan tubuh. Akibat lain dari toksemia adalah menyebabkan asidosis (keasaman berlebihan dalam darah). Asidosis sendiri menyebabkan kekentalan darah dan metabolisme tubuh terganggu.

Menurut ibu dua anak yang masih tampak awet muda dan enerjik di umur 50an ini, kunci tubuh sehat adalah metabolisme seimbang. Detoksifikasi yang benar akan mengembalikan keseimbangan asam basa darah dan metabolisme.

Perbanyak mengonsumsi buah dan sayuran

Kadangkala kita bingung memilih cara detoks yang benar itu bagaimana? Detoks terbagi atas dua sistem, yang pertama adalah xenobiotik detoks yaitu proses menetralkan toksin yang berasal dari zat kimia dan logam berbahaya dari makanan, udara dan air. Proses ini menetralkan bahan berbahaya atau toksin yang dihasilkan tubuh saat metabolisme. Sistem detoks yang kedua adalah antioksidan detoks yaitu proses penetralan zat yang sangat reaktif terhadap oksigen atau sering disebut radikal bebas. Sumber radikal bebas antara lain bersumber dari sinar ultra violet, asap rokok, radiasi, dan polusi udara.

Jenis metode detoks macam-macam, dari redam kaki, hingga membersihkan usus besar (colon hydroterapi). Selain itu juga dengan berpuasa, minum banyak air putih, minum jus buah, dan mengonsumsi antioksidan. “Metode detoks yang benar adalah tetap memberikan kesempatan tubuh untuk leluasa melakukan pembuangan. Karena metode detoks yang hanya memaksa tubuh mengeluarkan racun saja justru sangat berbahaya,” jelas Andang. Karena terapi detoks bagaimanapun memberi stres pada liver dan usus. “Hal yang terpenting dalam metode detoks adalah memberi makanan yang benar pada tubuh dan mendukung kerja organ tersebut selama melakukan program detoks,” ujarnya menekankan.

Bagi pemula, Andang menganjurkan memulai detoks dengan lebih banyak mengonsumsi buah dan sayuran segar dahulu. Buah dan sayuran segar tinggi air dan serat yang membantu melancarkan pembuangan dari usus. Buah adalah makanan bergizi yang kaya vitamin, mineral dan antioksidan yang sangat diperlukan organ-organ pendetoks (liver, dan saluran pencernaan).

Tahap selanjutnya dengan melakukan puasa selama 40 hari. Bukan seperti puasa Ramadhan, tetapi setiap 2 jam minum 1 gelas jus buah. Pilihan buahnya bisa semangka, pepaya, apel, nanas, dan mangga. Tidak campur-campur tetapi satu hari dipilih satu jenis buah saja. Dan, tidak lupa sering minum air putih. Jika diperlukan saat puasa ini sambil menggunakan suplemen khusus detoks. Sebaiknya suplemen mengandung bahan makanan organik. Contohnya di pasaran telah beredar suplemen detoks alami yang mengandung lecithin, curcuma dan vitamin E. Lecithin yang terkandung dalam kacang kedelai dan ekstrak temulawak adalah nutrisi pendukung liver, saat liver bertugas menetralkan toksin. Sedangkan vitamin E berfungsi mengikat radikal bebas hasil dari sampah metabolisme ketika liver menetralkan racun atau toksin. Selanjutnya toksin yang sudah dilumpuhkan oleh liver ini dibuang melalui urine atau feses.

detoks juga ada reaksinya

Untuk memulai program detoks ini rasanya perlu persiapan fisik dan mental, dan tentu konsultasi pada ahlinya. Soalnya setiap hari hanya minum jus buah dan air putih saja. Makanan pembentuk asam seperti daging, protein dan lemak selama 3-7 hari sebelum melakukan program detoks ini harus dikurangi (lihat inbok makanan pembentuk asam basa). Gunanya untuk menstabilkan kadar asam basa darah.

Mental kita diasah saat menjalani detoks, karena dibutuhkan kesabaran, termasuk ketelatenan. Karena proses pengeluaran racun awalnya akan terasa lambat. “Jika racunnya sudah menumpuk lama, proses pengeluarannya juga lama,”jelas Andang yang masih tampak awet muda diusianya yang 50 an. “Proses detoks yang baik tidak instan, tetapi hasilnya lebih tahan lama,” tambahnya.

Patut disadari bahawa setiap program detoks, tubuh dipastikan bereaksi. Sebutannya healing crisis alias krisis penyembuhan. Reaksi ini muncul pada hari ketiga setelah puasa. Pada setiap orang reaksi fisiknya tidak sama. Tetapi biasanya akan mengalami warna urin yang lebih keruh dan berbau tajam. Apalagi bagi mereka yang sepanjang hidupnya banyak mengonsumsi obat farmasi, bau obat akan keluar bersama kotoran. Termasuk sering kentut dengan bau yang menusuk. Sering pusing, mual, nyeri sendi dan otot, batuk pilek seperti kena flu. Saat buang air besar, kotoran terasa banyak disertai lendir yang pekat, bisa berwarna hijau hingga kehitaman. Muncul rasa lapar yang tinggi, tetapi setelah hari ketiga rasa ini mulai menyusut. Tetapi ingat gejala-gejala ini jangan diobati. Sebaiknya tanya ahlinya misalnya ahli terapi nutrisi atau dokter nutrisi.

Antisipasinya, cukup istirahat di tempat sejuk dan sirkulasi udara yang baik. Tidak panas-panasan di sinar matahari. Tidak melakukan aktifitas berat seperti jalan jauh, olahraga berat atau hubungan seks, duh payah nih. Sering minum air putih dan jus buah segar sangat dianjurkan. Karena urin yang keruh kemungkinan tubuh kurang cairan atau kurang minum. Dalam krisis penyembuhan hindari makanan berat seperti daging, nasi dan makanan berlemak. Jika suhu badan terasa panas, lebih sering minum air putih. Beberapa orang akan terasa tidak sabaran, karena racun sudah menumpuk lama, perlu waktu agak lama juga untuk pembersihannya (krisis penyembuhannya agak lama). Ibaratnya, membersihkan kerak di lantai rumah yang sudah menahun, tentu tidak bisa langsung bersih, kan.

Di hari ke-40 saatnya berbuka puasa, lagi-lagi belum tentu enak dan tidak boleh banyak-banyak. Karena makanan pertama akan membersihkan usus, gejalanya bisa segera ingin buang air besar atau diare setelah makan. Selanjutnya, akan berjalan seperti biasa. Pola makanannya setelah detoks, ya tidak kembali lagi ke sediakala. Diupayakan lebih cenderung mengonsumsi makanan pembentuk basa. Kalau mau sehat dan awet muda…

Inbok

Makanan pembentuk asam:
1. Semua seafood, ikan, unggas dan daging
2. Yogurt, mentega, telur, susu ternak, keju
3. Gandum, beras, jagung, kacang
4. Kopi, teh, soda, junk food

Efek makanan pembentuk asam:
Mudah lelah, tersinggung, marah, insomnia, sering flu, mudah alergi, bau badan dan nafas.

Makanan pembentuk basa:
1. Semua buah
2. Sayuran hijau dan segar
3. Millet, quinoa (padi-padian)
4. Air putih
5. Buah zaitun matang
6. Kacang almond mentah
7. Kedelai mentah
8. Buncis, kacang polong segar
9. Alpokat
10. Diet rendah protein/lemak

Efek makanan pembentuk basa:
Lebih enerjik, tahan terhadap flu dan infeksi, tulang dan otot sehat dan kuat, tidur lebih nyenyak, awet muda, gigi sehat, kesadaran spiritual meningkat.

Reaksi detoksifikasi
1. Tahap 1 (hari 1-2): kadar gula darah turun dibawah 70mg/dl. Denyut jantung melambat, tekanan darah menurun. Glikogen diambil dari otot menyebabkan rasa lemas. Sakit kepala, pusing, mual, nafas bau, lidah tebal. Rasa lapar sangat kuat.

2. Tahap 2 (hari 3-7): kulit lebih berminyak kadang timbul banyak jerawat karena lemak rusak mulai dikeluarkan dari tubuh. Sistem imun meingkat. Mulai pilek, usus besar mulai lunak.

3. Tahap 3 (hari 8-15): tubuh terasa lebih fit. Bekas luka lama akan terasa nyeri tanda proses penyembuhan hampir selesai. Otot tegang akibat iritasi toksin. Sariawan akibat bakteri berlebihan di mulut, yang dapat diatasi dengan kumur air garam.

4. Tahap 4 (hari16-39): tubuh mulai beradaptasi dengan proses puasa atau detoks. Energi meningkat, pikiran lebih jernih. Lidah berwarna merah jambu, nafas menjadi segar. Emosi semakin stabil, daya ingat dan konsentrasi meningkat.

5. Tahap 5 (buka puasa): makanan pertama akan segera melepaskan plak dari dinding usus. Toksin masuk ke darah dan keluar melalui usus besar. Empedu membuang ampas dalam jumlah besar, menyebabkan ingin segera buang air besar setelah makan. Kadang diikuti diare.


Sumber: Andang W. Gunawan




Powered by ScribeFire.

1 comment: