Wednesday, July 18, 2007

malnutrisi

Masak, di rumah sakit kurang gizi, sih?

Malnutrisi biasa terjadi di masyarakat. Namun, bisa juga terjadi saat dirawat di rumah sakit, istilahnya malnutrisi klinis. Tak hanya terjadi di rumah sakit kecil dan besar di dalam negeri, rumah sakit di luar negeri pun menghadapi masalah malnutrisi klinis ini.

===

Istilah malnutrisi sering diartikan sebagai kurang gizi. “Meskipun pengertian sesungguhnya malnutrisi adalah salah makan, malnutrisi bisa berarti terlalu banyak makan atau kurang makan,” jelas Triyani Kresnawan, DCN, M.Kes, Ahli Gizi RSCM, Jakarta. “Biar tidak malnutrisi atau salah makan maka seseorang perlu diet,” tambahnya. Lho, kurang gizi kok malah disuruh diet?

Dengan tersenyum Triyani menjelaskan, memang, diet sering disalahartikan. Makna diet tak sesempit hanya bertujuan untuk kecantikan, untuk mengecilkan perut biar tidak kelihatan gemuk. Diet yang sesunguhnya adalah mengatur pola makan sesuai dengan kebutuhan tubuh seseorang. Orang yang sedang menjalani pengobatan tertentu juga menjalani diet. Bahkan tak hanya orang sakit dan orang yang kelebihan makan perlu melakukan diet. Orang sehat pun sesungguhnya perlu juga berdiet. Tujuannya mengatur pola makan yang benar, agar seseorang tidak menderita malnutrisi baik itu kekurangan ataupun kelebihan gizi.

Sekarang, bagaimana mungkin, seorang pasien yang dirawat di rumah sakit justru menderita malnutrisi? Jika seseorang menjalani rawat inap di rumah sakit, bukan jaminan pasien itu tidak akan mengalami malnutrisi. Ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan pasien mengalami malnutrisi saat rawat inap. Kondisi pasien malnutrisi di rumah sakit bisa saja terjadi karena sudah malnutrisi saat masuk RS. Atau juga kondisi pasien sewaktu masuk dalam kondisi gizi baik, namun selama perawatan menjadi buruk. Satu contoh sederhana, pasien selama dirawat inap tidak mau makan otomatis gizinya akan memburuk. Entah karena berbagai alasan seperti tidak berselera, menu yang tidak memikat, lingkungan sekitar yang tidak membuat berselera (misalnya, satu ruangan dengan pasien yang kerap batuk berdahak), dan memang pasien itu sendiri mengalami gangguan pencernaan.

“Malnutrisi di rumah sakit sebenarnya karena masalah kurang peduli gizi,” ungkap Triyani. Menurut data yang ada, di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 1989 pasien mengalami malnutrisi saat masuk 45.9%. Tak hanya RS Cipto, di RS Sumber Waras Jakarta tahun 1995 pasien yang mengalami malnutrisi saat masuk 42.26%. Sedangkan di RSPAD Gatot Subroto Jakarta tahun 2001 saat masuk, pasien malnutrisi 41.2% dan perlu terapi gizi 78.57%. Data terakhir di RS Hasan Sadikin Bandung 2006 saat masuk pasien malnutrisi 71.8% sampai yang berat mencapai 28.9%

Padahal, malnutrisi klinis berdampak langsung pada keberhasilan perawatan pasien di rumah sakit. Malnutrisi klinis dapat berakibat risiko komplikasi infeksi, bertambah lama waktu perawatan di rumah sakit, bahkan sampai menyebabkan kematian.

Kelalaian dokter atau rumah sakit?

“Malnutrisi yang terjadi selama dirawat di RS sebenarnya iatrogenik (dibuat oleh dokter) dan dapat digolongkan sebagai kelalaian dokter atau RS,” ujar Dr. Sun Sunatrio ketua Asosiasi Nutrisi Enteral dan Parenteral.

Lebih lanjut Sunatrio menjelaskan, dampak dari malnutrisi klinis, yakni berakibat fungsi organ tubuh akan berkurang. Obat-obatan pun bekerja tidak secara normal. Berat badan pasien semakin menurun, penyembuhan luka juga terhambat. Kekebalan tubuh akan terganggu sehingga mudah terserang penyakit infeksi. Lama rawat di rumah sakit juga meningkat, angka kematian meningkat, otomatis biaya rumah sakit juga meningkat. Hal ini sangat memberatkan pasien dan keluarganya, sudah sakit masih memikirkan lagi biaya perawatan yang tidak sedikit.

Dr. Benny Philipi SpBD, ahli bedah dari FKUI, menambahkan, karena malnutrisi, tubuh akan digerogoti oleh tubuhnya sendiri. Agar mengetahui seseorang malnutrisi atau tidak ada rumusnya yakni dengan mengetahui indeks masa tubuh (lihat inbok). Mewaspadai malnutrisi di rumah sakit menjadi penting karena banyak penelitian menunjukkan bahwa komplikasi 2 sampai 20 kali lebih sering pada pasien malnutrisi daripada pasien dengan gizi baik. Pasien dengan malnutrisi berat akan mengalami komplikasi yang besar. Dan, berisiko mengalami komplikasi besar pascabedah 4 kali lebih tinggi daripada pasien dengan gizi baik.

Malnutrisi klinis bisa terjadi juga karena penyakitnya sendiri (karena penyakit yang begitu parah membuat pasien lemah dan kurang gizi),

dapat juga karena efek samping terapi atau pembedahan. Keadaan ini makin buruk bila dokter maupun paramedik tidak waspada terhadap keadaan ini. Kekurangan gizi pada pasien bisa saja terjadi pada pasien dengan gizi yang baik, namun karena keadaan trauma berat dan luka bakar gizinya bisa memburuk.

Dr Benny menambahkan bahwa, kekurangan gizi pada pasien bedah menyebabkan tingkat mortalitas (kematian) tinggi. Ditandai dengan kandungan albumin dalam darah kurang dari 3g% per 100ml, berat badan turun lebih dari 10 kg, sehingga akan menyebabkan penyulit pasca bedah.

Makanan juga obat

“Mengatasi malnutrisi rumah sakit butuh kerjasama semua pihak,” ungkap DR. Sunatrio. Pendidikan juga diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dokter, perawat, dietisien, dan ahli farmasi tentang nutrisi agar sadar pentingnya nutrisi. “Materi pengajaran tentang malnutrisi dirasa masih kurang di Indonesia,”ujarnya. Sehingga perlu dibentuk tim terapi gizi di rumah sakit-rumah sakit. Dan, mengupayakan agar nutrien atau makanan dapat dianggap sebagai obat. Sehingga pasien dapat penggantian biaya oleh pihak ketiga (asuransi kesehatan, dan instansi tempat kerja/ASKES). Biaya makan dipisahkan dari biaya kamar perawatan di rumah sakit (makanan dianggap sebagai obat).

Nutrisi kerap kurang diperhatikan dalam proses pengobatan dan sambil lalu saja. “Kelalaian dokter bisa menyebabkan seseorang mengalami malnutrisi,” tegas Sunatrio yang juga pakar anesthesiologi UI ini. Kelalaian dokter bisa terjadi karena ketidaktahuan. Sebab, selama ini dokter dan perawat dalam menjalani pendidikan kurang diberi pengetahuan tentang nutrisi secara mendalam. Sehingga bisa saja seorang pasien ketika masuk dalam kondisi nutrisi yang cukup bagus, bisa saja mengalami malnutrisi ketika menjalani perawatan di rumah sakit. Contohnya, penderita kanker, oleh dokter diberi kemoterapi terus-menerus, namun nutrisinya kurang diperhatikan. Bisa saja ia mengalami malnutrisi. “Hal ini tak hanya terjadi di sini, bahkan di luar negeri,”tandasnya.

Di beberapa negara maju, para pasien mengalami malnutrisi akibat perkembangan teknologi pengobatan. Maksudnya, para dokter lebih fokus pada cara-cara pengobatan sehingga kurang memperhatikan nutrisi pasiennya. Agar sadar pentingnya nutrisi, Dr. Benny menyarankan agar dokter dan paramedik mengenali betul potensi pasien malnutrisi di RS. Mengenali pasien yang potensial menjadi malnutrisi di rumah sakit, seperti pasien yang menjalani pembedahan, radiasi atau kemoterapi, termasuk pasien yang kandungan protein dan albumin dalam darahnya rendah, juga mereka yang berat dan tinggi badan kurang. Termasuk pasien yang mengalami infeksi berat.

Dari pengalaman Dr. Benny menangani pasien bedah, malnutrisi bagi pasien bedah dapat mengakibatkan infeksi yang parah dan proses penyembuhan yang lama. Cara mengatasinya selain pengobatan yang tepat dilengkapi dukungan nutrisi yang tepat, bisa lewat saluran cerna atau infus (pembuluh vena) jika memang itu jalan satu-satunya. Sekali lagi asupan makanan posisinya sejajar dengan obat. Pengobatan saja tidak cukup jika tidak dibarengi asupan makanan. Karena masa penyembuhan butuh energi yang didapat dari makanan.

Triyani yang kesehariannya mengurusi gizi pasien di RSCM, menegaskan bahwa sudah seharusnya paramedik rumah sakit mengetahui indikasi dukungan nutrisi yang tepat untuk pasien tertentu (misalnya pasien pascabedah dengan komplikasi, termasuk pasien kritis di ICU), menentukan kebutuhan kalori, protein dan lemak untuk pasien tersebut. Termasuk memilih metode dukungan nutrisi yang sesuai kondisi pasien, bisa secara parenteral (infus), enteral (lewat saluran cerna) atau kombinasi keduanya. Dari sisi jenis asupan perlu diketahui pula formula yang tepat sehubungan dengan kebutuhan dan jenis penyakit pasien (misalnya pasien diabetes dan ginjal yang perlu asupan nutrisi yang sesuai dengan kondisinya)

Sebagai awam, pendamping pasien, termasuk pasien itu sendiri, juga perlu menyadari akan pentingnya nutrisi pada saat penyembuhan. Baik di rumah sakit atau saat rawat jalan. Saran Triyani, bagi pasien yang dirawat inap harus menghabiskan makanan yang telah disediakan RS. Jika menu tidak sesuai bisa dikonsultasikan pada dokter atau perawat. Selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh terapi gizi rumah sakit. Tak hanya restoran, rumah sakit juga melayani komplain soal menu, kok. “Tentunya, disesuaikan kondisi rumah sakit bersangkutan,” ujar Triyani.

So, mau sakit atau sehat, kita butuh asupan makanan. Jangan sampai tidak!

inbok

Mengetahui indeks masa tubuh (IMT)

Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)

IMT = -------------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1–25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8

Jika seseorang termasuk kategori :

1. IMT <>

2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.

3. IMT 18,5 – 25,0 : keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.

4. IMT 25,1 – 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat ringan.

5. IMT > 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat

Seseorang yang termasuk kategori kekurangan berat badan tingkat ringan (KEK ringan) sudah perlu mendapat perhatian untuk segera menaikkan berat badan.

Vogel


Kearifan lokal yang mendunia

Alfred Vogel menyuguhkan keampuhan herbal serta mengandalkan kearifan lokal nenek moyang sebagai penyembuh. Bermacam ramuan herbal suku primitif ia kembangkan, menjadikannya pengobatan ilmiah alamiah untuk berbagai macam penyakit.

---

Mungkin kita pernah mendengar dan tahu kalau terserang diare dianjurkan untuk mengunyah pucuk daun jambu biji muda atau buah salak muda. Dan, masih banyak lagi kearifan lokal lain yang bisa digali. Mengenai penyembuhan secara alamiah ini, sebagian orang percaya akan anjuran ini, sisanya menolak dengan alasan tidak ilmiah.

Alfred Vogel kelahiran Aesch, Basel, bagian negara Swiss tahun 1902, seorang ahli nutrisi, herbalis dan naturopati terkenal, justru mengumpulkan berbagai macam kearifan lokal ini. Selanjutnya, ia pelajari dan kembangkan. Vogel menggalinya dari pengalaman keluarganya sendiri hingga menjelajah antar benua, untuk mencari kearifan lokal dari Afrika, Asia, Amerika Utara hingga Amerika Selatan. Koleksi kearifan lokal ini ditahun 1952 oleh Vogel dijadikan sebuah buku berjudul The Nature Doctor, a manual of traditional & complementary medicine, yang hingga saat ini telah dialihbahasakan ke dalam 12 bahasa.

Keampuhan obat-obatan yang diramu dari macam-macam tumbuhan, ia buktikan sendiri, termasuk warisan berbagai macam ramuan obat dari suku primitif yang ia datangi. Seperti yang terjadi di awal tahun 50an, dalam penjelajahan herbalnya, Vogel sempat tinggal bersama penduduk asli Amerika Serikat yaitu suku Indian Sioux. Ia kagum akan kebiasaan suku asli ini yang menggunakan tumbuhan untuk kesehatan mereka. Hingga kemudian ia akrab dengan seorang dukun suku Indian Sioux ini yang bernama Ben Black Elk. Keduanya, saling berbagi pengalaman dan pengetahuan. Sampai akhirnya sang dukun rela memberikan ramuan rahasianya kepada Vogel. Salah satunya adalah bunga purple coneflower atau dalam bahasa latinnya, bernama Echinacea purpurea.

Pada perjumpaan terakhir di South Dakota, Black Elk memberikan bibit Echinacea pada Vogel sebagai hadiah. Bagi suku Sioux, bunga ini ampuh untuk menyembuhkan segala macam penyakit seperti digigit ular, luka atau memar termasuk untuk memperkuat daya tahan tubuh terhadap penyakit. Setibanya di Swiss bibit bunga ini ia tanam dikebunnya. Alhamdulilah, Echinacea dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hingga sekarang bunga ini dipakai untuk bahan baku produk Echinaforce yang telah dipasarkan ke lebih dari 30 negara dan dipercaya sebagai obat batuk dan flu. Sedangkan di sini produk Vogel dapat dijumpai di apotik dan toko obat terkemuka.

Dalam karya kesehatannya, Vogel meyakini betul bahwa untuk menjaga dan memulihkan kesehatan tubuh, semuanya sudah diberikan Sang Pencipta lewat alam ciptaanNya. Keyakinan ini tak lepas dari pengalamannya sewaktu kecil. Ia mengenal terapi pengobatan dengan memanfaatkan bermacam jenis tumbuh-tumbuhan dari orang tuanya yang merupakan warisan dari neneknya. “Bahkan, saya tidak pernah bermimpi kalau pengalaman kecil saya dengan tanaman obat akan menjadi bagian dari profesi saya,” begitu ucap Vogel yang meninggal dalam tidurnya di tahun 1996 pada umur 94 tahun.

Walaupun Vogel telah wafat, warisan kearifan lokal dari berbagai benua dan ramuan obat herbalnya hingga kini masih bisa dimanfaatkan berkat usahanya mendirikan perusahaan farmasi berbasis herbal, Bioforce, yang didirikannya tahun 1963, di Roggwil, Swiss. Dari pabrik farmasi ini selain menghasilkan produk unggulan Echinaforce, masih ada 35 jenis produk Bioforce lain berupa pengobatan natural untuk rematik hingga prostat termasuk juga makanan organik seperti Muesli (sarapan yang terdiri dari sereal, durian, dan apel) Herbamare (bumbu penyedap alami) dan Molkosan (suplemen untuk pencernaan).

Lebih manjur dibuat tincture

Semua produsen obat yang berbahan baku herbal kerap mengaku produknya alamiah. Namun, ada yang lain dari Vogel. Ceritanya bermula di tahun 1933 Vogel mendirikan klinik naturopati di desa Teufen, masih di Swiss, dengan memanfaatkan pengetahuannya tentang obat-obatan herbal yang ia kuasai. Di sini ia juga menanam sendiri tanaman obatnya. Kini sepeninggalnya, rumah ini tak lagi menjadi klinik berubah menjadi museum Vogel dan tetap menjalankan hotline service untuk konsultasi kesehatan. Terletak di kaki gunung Santis yang pemandangan puncaknya diselimuti sedikit salju.

Dari pengalaman mengobati pasien di kliniknya ini, Alfred Vogel menemukan pencerahan. Tanaman obat yang akan ia jadikan obat akan lebih manjur jika masih dalam keadaan segar dibandingkan jika tanaman obat itu sudah dikeringkan. Padahal, dari kebiasaan, kebanyakan obat herbal diramu dari berbagai tanaman yang dikeringkan. Vogel tidak mencampur terlalu banyak herbal. Baginya lebih sedikit jenis herbal yang dipakai lebih baik. Semakin jelas keampuhan satu jenis tanaman obat tersebut.

Lantas, Vogel mempelajari dan mengembangkan teori yang ia temukan ini. Untuk mendapatkan ramuan obat yang masih segar ditempuh cara membuat herbal tincture dari tanaman segar. Tincture adalah salah satu metode ekstraksi kuno yang dipakai hingga sekarang untuk mengekstrak tumbuhan dengan alkohol yang dapat diminum. Caranya, tumbuhan segar dicacah halus kemudian direndam dalam alkohol yang dicampur air beberapa saat, ampasnya disaring, jadilah tincture. Fungsi alkohol menyerap zat aktif dalam tumbuhan, selain itu juga sebagai pengawet. Berkat alkohol kemanjuran tincture bisa bertahan hingga dua tahun. Kandungan zat dalam tincture setara dengan kandungan zat pada tanaman yang masih fresh, dan semua bagian dari tumbuhan bisa dijadikan tincture. Agar memperoleh tincture yang berkualitas dibutuhkan tanaman obat yang benar-benar segar. Vogel mengambil langsung dari hasil kebunnya atau ia kumpulkan dari lingkungan sekitar gunung tempat ia tinggal. Hingga sekarang praktik ini dilakukan oleh pabrik farmasi Bioforce tetapi tidak mengambil dari sekitar gunung lagi, tanaman obat yang baru saja dipanen dari kebun sendiri pada pagi hari, segera diproses untuk dijadikan tincture, termasuk suplai dari petani. Sehingga tak heran kalau pabrik obat Bioforce ini serasa tenggelam dikelilingi hamparan kebun bunga Echinacea dan tanaman obat lain.

Kebun yang sungguh alamiah

Meskipun kebun tanaman obat Bioforce yang ada di Swiss produksinya mencapai 300ton per tahun. Mereka anti menggunakan pestisida. Perkebunan dibudidayakan secara organik, bahkan sampai bibit yang dipakai murni secara genetik dari bibit tanaman yang bunganya masak. Tidak ada rekayasa genetika untuk bibit tanamannya. Vogel justru membiarkan kebunnya tumbuh sealamiah mungkin, apa adanya layaknya di alam bebas. Karena di situlah sumber energi atau natural power.

Bahkan untuk sektor kebun sayur dan buah organiknya pun, Vogel tidak membutuhkan banyak air. Benar-benar tumbuh seperti adanya. Alasannya, karena mencontoh dari alam, sesungguhnya sayuran dan buah bisa tumbuh subur. Tidak ada yang memberi pupuk dan tidak ada yang menyirami. Kecuali benar-benar butuh air saja. Murni dari alam tak begitu banyak campur tangan manusia. Bahkan, saat musim dingin pun kebun Vogel masih bisa panen wortel.

Tanaman sayuran ditata dalam satu blok jalur tanam yang lebarnya kurang lebih 1,5 m, sebelumnya tanah dibentuk mengkerucut kemudian ditanami 6-9 jenis sayuran yang berjarak sekitar 10 cm saja. Apakah tanaman ini tidak rebutan tempat? Tidak juga, karena panennya tidak bersamaan. Sayuran diatur sedemikian rupa, yang panen belakangan yang paling banyak mengambil tempat. Tanahnya sendiri, perpaduan antara tanah, serpihan kayu, ranting, dahan dan dedaunan. Sesekali dibolak-balik supaya bernafas, dengan alat pertanian yang terbuat dari tembaga. Dipilih tembaga karena dia tidak mudah berkarat dan tidak mengkontaminasi tanah.

Kompos diberikan seperlunya saja yang didapat dari ampas hasil dari pemrosesan tincture atau sampah dedaunan di sekitarnya. Suatu hal yang agak aneh untuk skala pabrikan yang butuh hasil panen yang begitu melimpah dan dalam waktu yang relatif cepat. Memang mereka juga mendapat suplai dari petani sekitar yang syaratnya harus sesuai dengan ketentuan Bioforce.

Bioforce tidak ngoyo dalam berproduksi. Kualitas diutamakan, kalau bunganya tidak layak dipanen ya ditunggu sampai layak panen. Tanahnya pun tidak semua ditanami, ada masa tanah dibiarkan begitu saja untuk beristirahat setelah panen pertama. Istilahnya masa mengumpulkan energi lagi untuk masa tanam berikutnya.

Bagaimana mereka mengatasi hama tanpa pestisida? Sangat sederhana, hama tanaman baik gulma (tanaman pengganggu) ataupun serangga dibiarkan hidup berdampingan. Untuk serangga, juga kelelawar justru dibuatkan rumah-rumahan. Rahasianya, adalah rantai makanan dan simbiosis mutualisme. Tanaman pengganggu kadang justru lebih disukai serangga, maka dibiarkan tumbuh. Lantas, serangga yang sudah dibuatkan rumah tadi, jika saatnya keluar main, nantinya akan disantap oleh kelelawar.

Meskipun kebun dan produk Vogel sungguh alamiah bahkan sungguh primitif, mereka melakukan standarisasi. Mereka menganut holistic standardisation dimana kualitas herbal diukur dari tumbuhan keseluruhan. Diukur spektrum ingredientnya di laboratorium dan mengikuti level tertentu.

Proses ini berbeda dari chemical standardisation, dimana satu komponen dari tumbuhan diukur kemampuannya, dan hanya satu bagian saja tidak secara keseluruhan tanaman. Bioforce justru menganut holistic standardisation karena meyakini bahwa semua bagian dari tanaman menyumbang peran efek penyembuh. Dan, daya penyembuh itu berada dalam tincture yang setara dengan tumbuhan aslinya.

Sepak terjang Vogel dalam bidang pengobatan natural telah diakui dunia, di tahun 1982, Vogel mendapat penghargaan Priessnitz Medal dari German Naturopathic Society. Dua tahun kemudian menjadi anggota kehormatan dari Swiss Society for Empirical Medicine (1984). Sedangkan Bioforce sendiri adalah industri farmasi modern, meski produknya berbasis pada pengetahuan dan tradisi para herbalis. Keilmiahan produk Vogel telah diuji oleh lembaga terpercaya (seperti badan pengawasan obat dan makanan di sini) maupun studi independen, dengan penelitian dan arahan dari tim herbal advisor yang dukung oleh ahli nutrisi, ahli farmasi dan juga quality control.

Berkat Vogel, kearifan lokal menjadi ilmiah dan mendunia. Siapa tahu kita pun bisa mengikuti jejaknya.

Tuesday, July 17, 2007

Onthel

Sori, ini bukan ojek sepeda!

Kring…kring…kring…kring suara sepeda kumbang
Kring…kring…kring…kring Bung Kumis pun tersenyum…

Penggalan lagu Kring Kring yang dilantunkan Vina Panduwinata ini rasanya pas mengiringi sekumpulan pecinta sepeda onthel kuno yang sedang asik kongkow-kongkow di seputaran Bundaran Hotel Indonesia, di Minggu pagi.

Dengan berkostum unik dan nyentrik, diantaranya ada yang berdandan ala kedaerahan berbaju surjan bertopi blangkon, berseragam pejuang ala jaman tahun 45, juga ada yang bergaya petani, guru, mandor tebu dan lain-lain. Mereka bebas memilih perannya. Seakan-akan waktu mundur sebentar ke masa tempoe doeloe.

Sebelum ada kendaraan bermotor, sepeda onthel ini merupakan simbol kemewahan. Bahkan sepeda sangat berjasa menjadi andalan dan berperan penting untuk membantu pekerjaan sehari-hari. Para mandor atau tuan tanah jaman kolonial Belanda, jika berkeliling, mengendarai sepeda onthel untuk mengecek hasil kerja para anak buahnya. Bahkan untuk melancong ataupun pelesiran bersama kekasih pun, rasanya bangga sekali naik sepeda onthel.

Sekarang justru berbalik, sepeda onthel menjadi simbol kesederhaan. Di Jakarta saja, sepeda onthel menjadi kendaran operasional ojek sepeda yang masih kerap dijumpai di daerah Stasiun Kereta Api Kota, Beos, atau Terminal Tanjung Priuk, Jakarta Utara. Termasuk menjadi kendaraan operasional tukang siomay keliling. Sepeda onthel yang pada boncengannya dipasangi panci blirik atau dandang alumunium berbentuk kerucut khas untuk dagang siomay.

Siapa pun boleh ikut

Tetapi beberapa orang yang berkumpul setiap Minggu pagi di seputaran Bundaran HI ini jelas bukan tukang ojek atau tukang siomay. Bermacam kostum yang mereka pakai termasuk merek sepeda yang mereka pakai sudah mencirikan siapa mereka yaitu Komunitas Onthel Batavia disingkat KOBA. Anggota KOBA yang tercatat sekarang sekitar 250an orang. Sedangkan yang rutin yang datang ke Bundaran HI setiap Minggu pagi kurang lebih ada 170 sepeda yang berjejer. Mereka tidak dipungut iuran meskipun ada presensi. Siapapun boleh ikut. Syarat menjadi anggota KOBA cukup punya sepeda kuno tidak terpatok merek atau negara asal tertentu asal bentuknya harus khas onthel.

Secara resmi KOBA lahir 17 Agustus 2005 di Gedung Joang 45, Menteng, Jakarta Pusat. Saat deklarasi, komunitas ini anggotanya baru 75 orang. Cikal bakal komunitas onthel ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1992. Dari sembilan orang pecinta onthel yang tiap Minggu pagi berkumpul pukul 06.00-08.30 di pelataran Monas, namanya Perkumpulan Sepeda Tempo Doeloe Batavia, Silang Monas, mereka berkumpul sekedar untuk berolahraga. Sembilan orang ini menggenjot sepeda tuanya dari rumahnya masing-masing di Manggarai, Cakung, Tanah Abang, dan Fatmawati. Kegiatan saat kumpul-kumpul ini selain putar-putar sekitar Monas, ngobrol seputar pengalaman keseharian juga bertukar cerita tentang riwayat sepeda masing-masing.

Lambat laun dari sembilan orang ini bertambah terus dari generasi pensiunan sampai profesional muda yang masih aktif. Dari berbagai latar belakang profesi, seperti pegawai negeri sipil, pengacara, pengusaha, pensiunan polisi, wiraswasta, sampai mahasiswa, mereka membaur dalam satu wadah hobi merawat, mengendarai, hingga mengoleksi sepeda onthel tua. Jangkauannya pun meluas hingga Jabodetabek.

Ketua KOBA sekarang yakni Jhon al Fauzy (54) seorang pensiunan pekerja tambang. Menurut bang Jhon begitu ia akrab disapa, KOBA muncul untuk mewadahi keinginan beberapa orang pecinta onthel khususnya yang muda-muda untuk berkembang. Untuk itu orang perlu tahu keberadaan mereka. Karena kalau di dalam Monas tidak mudah dilihat orang, sebagian pindah ke Bundaran HI sampai sekarang. Lima sampai sepuluh sepeda yang di dalam Monas juga masih ada sampai sekarang.

Kegiatan KOBA semakin semarak. Selain sebagai penggembira di berbagai acara seperti pawai budaya. Mereka juga kerap mengadakan touring temu pecinta sepeda ke daerah lain, se Jawa-Bali. Sampai yang terakhir ini KOBA menghiasi video klip grup musik rock Slank.

Makin tua makin disayang

Mendapatkan sepeda onthel antik ini bukanlah perkara mudah. Karena sudah tidak diproduksi lagi. Apalagi kelengkapan asesoris sepeda dan spare part nya juga sudah sulit sekali ditemui, otomatis harganya cenderung selangit. Mencari kelengkapan sepeda yang langka juga merupakan keasikan tersendiri bagi para pecinta onthel antik. Biasanya mereka menggunakan jaringan pertemanan dan komunitas onthel di daerah lain supaya bisa mendapat harga “persaudaraan” yang pas.

Satu contoh, untuk sepeda merek Gazelle orisinil dan masih lengkap, dan tentunya semuanya masih berfungsi, di tangan kolektor harganya bisa mencapai Rp6 juta. Setara dengan harga sepeda motor bebek bekas tahun 2000an.

Berbagai sepeda telah hadir di masyarakat sejak akhir tahun 1800an. Tak lepas dari peran Belanda sejak jaman penjajahan dulu. Ada beberapa macam merek masuk ke Indonesia, dan masing-masing merek memiliki penggemar fanatik. Diantaranya merek Belanda ada Simplex, Fongers, Burgers, Gruno, Juncker, dan Gazelle. Merek Simplex dan Gazelle adalah dua merek populer dan paling dicari kolektor. Karena sejak jaman dulu sepeda ini biasa dipakai para bangsawan Belanda. Untuk Simplex diproduksi mulai tahun 1887 oleh Simplex automatic Machine Company di Utrect, Belanda. Sepeda onthel selain bikinan Belanda juga dicari kolektor seperti Raleigh buatan Inggris, Solingen buatan Jerman, dan merek-merek sepeda lain buatan Eropa.

Bagi pecinta onthel tua, naik sepeda onthel sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Walaupun dipakai hanya sesekali saja. Sedikit yang memakai onthel untuk berangkat kerja sehari-hari. Maklum jalan raya di Jakarta tidak bersahabat bagi pengendara sepeda. Kebanyakan dari mereka memang menyimpan kenangan indah akan sepeda onthel. Bisa karena orang tua atau kakek neneknya dulu memiliki sejumlah sepeda onthel. Atau keinginan yang terpendam ketika dulu sering melihat kegagahan sepeda onthel yang melintas, tetapi belum bisa memilikinya. Nah, sekarang akhirnya terpenuhi.

Sepeda antik ibarat pakaian. Sepeda apa yang dipakai menaikkan gengsi yang mengendarai. Makin tua dan orisinil makin perlente. “Meskipun hal ini tidak terucap secara langsung antar anggota komunitas,” ucap Alam seorang wirausahawan muda, pengusaha katering di daerah Palmerah, Jakarta. Buat Alam hobi memiliki sepeda onthel ini punya dua misi, pertama untuk menyehatkan tubuhnya yang gemuk gempal agar tetap rajin berolahraga dengan mengayuh sepeda. Kedua untuk menambah luas jaringan pertemanannya sekalian berbisnis.

Sekalian berbisnis, karena komunitas ini bagi yang sudah kawakan, koleksi sepedanya bisa puluhan. Dan dari bermacam merek. Memiliki satu buah sepeda onthel saja rasanya belumlah cukup. Jenis sepeda onthel dianalogikan seperti sebuah keluarga, ada ayah, ibu dan anak-anak. Dari bentuk sepedanya saja, ada onthel jenis laki-laki (ditandai besi melintang horisontal antara setang dan sadel), onthel perempuan ( tak ada besi melintang), onthel anak-anak dan remaja (ukurannya lebih kecil dari onthel dewasa). Sehingga penggila onthel minimal paling tidak memiliki lima atau lebih sepeda onthel.

Asesoris sepeda onthel juga unik. Untuk lampu penerangan bentuknya disesuaikan, ada yang menggunakan lilin, berbahan bakar minyak, sampai menggunakan karbit, atau yang umum dipakai menggunakan dinamo sepeda. Yaitu motor listrik kecil yang ditempelkan pada roda sepeda. Bel sepedanya juga macam-macam, dari yang biasa berbunyi kring-kring sampai yang suaranya seperti terompet. Sirine sepeda juga ada, yang biasa dipakai oleh polisi bersepeda. Tetapi bunyinya tidak seperti sirine yang sekarang, malah seperti suara burung pipit tetapi nyaring sekali. Sepeda polisi jaman dulu ini juga dilengkapi mesin, lho.

Sepeda antik ini bisa menjadi semacam investasi. Kalau sedang butuh cepat dana segar, salah satu koleksi bisa dijual antar kawan pecinta onthel. Seperti Alam, ia memiliki puluhan sepeda onthel dari yang masih bangkai tak lengkap sampai yang lengkap dan orisinil. Kalau ada teman yang tertarik atau sedang butuh dana, ia rela melepas salah satu koleksinya. “Tapi tidak semua sepeda saya berharga mahal. Ada yang saya beli ratusan ribu saja,” ujarnya merendah. “Menjual sepeda antara kawan lazim dilakukan. Kolekdhol, istilahnya. Kolektor tapi bisa didhol (dari bahasa Jawa yang artinya dijual),” tutur bang Jhon yang punya 30an sepeda ini mengiyakan.

Teliti perlu biar tak ketipu

Simplex dan Gazelle adalah dua merek sepeda yang paling populer dan dicari. Bahkan dua merek sepeda ini kerap dibuat tiruannya. “Tidak semua orang mau jujur memberi tahu tips-nya, apalagi pedagang sepeda antik. Dengan bermacam alasan, seperti sulit, lah, tidak semua sepeda sama modelnya, macam-macam berkelitnya,” ujar Alam sambil geleng-geleng. Padahal kalau mau jujur, sebenarnya karena mereka tak mau tersaingi karena sama-sama ingin berburu barang yang asli tetapi murah.

Alam pernah tertipu saat membeli sepeda Gazelle pertama kali. Harganya, murah hanya Rp300 ribuan. Penampilan sepeda begitu mengecoh, apalagi waktu itu ia masih pemula, pasti tidak bisa membedakannya. Dari pengalaman, plus giat membaca literatur tentang sepeda tua akhirnya ia memiliki panduan sederhana selain mengandalkan intuisinya. Sekarang ia sudah memiliki sepeda Gazelle yang asli seri 11(nomor seri ada 6 digit diawali angka 11x.xxx sering disebut seri 11 untuk memudahkan) buatan tahun 1917. Sepeda bersejarah ini termasuk saksi keganasan tsunami di Aceh. Sepeda ini tubuhnya ada yang penyok di beberapa tempat. Dibeli Alam dari seorang kawannya yang relawan di Aceh. Waktu itu relawan ini membeli sepeda dengan harga murah untuk kendaraan operasionalnya. Sebagai kenangan ia membawanya ke Jakarta kondisi seadanya tidak lengkap dan akhirnya jatuh ke tangan Alam. “Sempat sepeda ini mau dibeli kembali, setelah sudah dilengkapi dan orisinil, tetapi tidak saya lepas” ucap Alam sambil tersenyum.

Sepeda Gazelle dari milik bang Jhon didapat dari seorang kawan di daerah Depok dalam kondisi rusak tak terawat, tergolong barang langka, karena termasuk sepeda orderan alias ukurannya dipesan sesuai tinggi pemakai. Dulunya bekas dipakai seorang pastur Belanda, sepedanya bernomer seri 6, posturnya tinggi gagah buatan tahun 1943. “Saya kalau berhenti harus cari trotoar dulu,” ujar bang Jhon malu-malu. Menurutnya, Gazelle sulit dipalsu karena hampir semua bagian sepeda ada nomer seri atau stempel gambar kijang lompat di lampu, velg, setang, gir depan, dan garpu depan. Ciri khas lain Gazelle bagian “paha belakang” sepeda dari atas ke bawah ukurannya mengecil. Saat dikendarai, kalau agak kencang mengayuhnya ban depan Gazelle seperti mau lompat-lompat bak kijang. Ringan dikendarai dan tidak mudah lelah meskipun jarak tempuhnya jauh.

Peredaran sepeda onthel antik biasanya berputar antar pecinta onthel antik juga. Komunitas pecinta onthel punya komitmen untuk menjaga sebisa mungkin sepeda onthel antik ini tidak keluar negeri. Pulang kembali ke negeri asalnya untuk dikoleksi kolektor asing. Namun, kini mereka saling berlomba dengan para pedagang barang antik.










Powered by ScribeFire.

Onthel

Sori, ini bukan ojek sepeda!

Kring…kring…kring…kring suara sepeda kumbang

Kring…kring…kring…kring Bung Kumis pun tersenyum…

Penggalan lagu Kring Kring yang dilantunkan Vina Panduwinata ini rasanya pas mengiringi sekumpulan pecinta sepeda onthel kuno yang sedang asik kongkow-kongkow di seputaran Bundaran Hotel Indonesia, di Minggu pagi.

Dengan berkostum unik dan nyentrik, diantaranya ada yang berdandan ala kedaerahan berbaju surjan bertopi blangkon, berseragam pejuang ala jaman tahun 45, juga ada yang bergaya petani, guru, mandor tebu dan lain-lain. Mereka bebas memilih perannya. Seakan-akan waktu mundur sebentar ke masa tempoe doeloe.

Sebelum ada kendaraan bermotor, sepeda onthel ini merupakan simbol kemewahan. Bahkan sepeda sangat berjasa menjadi andalan dan berperan penting untuk membantu pekerjaan sehari-hari. Para mandor atau tuan tanah jaman kolonial Belanda, jika berkeliling, mengendarai sepeda onthel untuk mengecek hasil kerja para anak buahnya. Bahkan untuk melancong ataupun pelesiran bersama kekasih pun, rasanya bangga sekali naik sepeda onthel.

Sekarang justru berbalik, sepeda onthel menjadi simbol kesederhaan. Di Jakarta saja, sepeda onthel menjadi kendaran operasional ojek sepeda yang masih kerap dijumpai di daerah Stasiun Kereta Api Kota, Beos, atau Terminal Tanjung Priuk, Jakarta Utara. Termasuk menjadi kendaraan operasional tukang siomay keliling. Sepeda onthel yang pada boncengannya dipasangi panci blirik atau dandang alumunium berbentuk kerucut khas untuk dagang siomay.

Siapa pun boleh ikut

Tetapi beberapa orang yang berkumpul setiap Minggu pagi di seputaran Bundaran HI ini jelas bukan tukang ojek atau tukang siomay. Bermacam kostum yang mereka pakai termasuk merek sepeda yang mereka pakai sudah mencirikan siapa mereka yaitu Komunitas Onthel Batavia disingkat KOBA. Anggota KOBA yang tercatat sekarang sekitar 250an orang. Sedangkan yang rutin yang datang ke Bundaran HI setiap Minggu pagi kurang lebih ada 170 sepeda yang berjejer. Mereka tidak dipungut iuran meskipun ada presensi. Siapapun boleh ikut. Syarat menjadi anggota KOBA cukup punya sepeda kuno tidak terpatok merek atau negara asal tertentu asal bentuknya harus khas onthel.

Secara resmi KOBA lahir 17 Agustus 2005 di Gedung Joang 45, Menteng, Jakarta Pusat. Saat deklarasi, komunitas ini anggotanya baru 75 orang. Cikal bakal komunitas onthel ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1992. Dari sembilan orang pecinta onthel yang tiap Minggu pagi berkumpul pukul 06.00-08.30 di pelataran Monas, namanya Perkumpulan Sepeda Tempo Doeloe Batavia, Silang Monas, mereka berkumpul sekedar untuk berolahraga. Sembilan orang ini menggenjot sepeda tuanya dari rumahnya masing-masing di Manggarai, Cakung, Tanah Abang, dan Fatmawati. Kegiatan saat kumpul-kumpul ini selain putar-putar sekitar Monas, ngobrol seputar pengalaman keseharian juga bertukar cerita tentang riwayat sepeda masing-masing.

Lambat laun dari sembilan orang ini bertambah terus dari generasi pensiunan sampai profesional muda yang masih aktif. Dari berbagai latar belakang profesi, seperti pegawai negeri sipil, pengacara, pengusaha, pensiunan polisi, wiraswasta, sampai mahasiswa, mereka membaur dalam satu wadah hobi merawat, mengendarai, hingga mengoleksi sepeda onthel tua. Jangkauannya pun meluas hingga Jabodetabek.

Ketua KOBA sekarang yakni Jhon al Fauzy (54) seorang pensiunan pekerja tambang. Menurut bang Jhon begitu ia akrab disapa, KOBA muncul untuk mewadahi keinginan beberapa orang pecinta onthel khususnya yang muda-muda untuk berkembang. Untuk itu orang perlu tahu keberadaan mereka. Karena kalau di dalam Monas tidak mudah dilihat orang, sebagian pindah ke Bundaran HI sampai sekarang. Lima sampai sepuluh sepeda yang di dalam Monas juga masih ada sampai sekarang.

Kegiatan KOBA semakin semarak. Selain sebagai penggembira di berbagai acara seperti pawai budaya. Mereka juga kerap mengadakan touring temu pecinta sepeda ke daerah lain, se Jawa-Bali. Sampai yang terakhir ini KOBA menghiasi video klip grup musik rock Slank.

Makin tua makin disayang

Mendapatkan sepeda onthel antik ini bukanlah perkara mudah. Karena sudah tidak diproduksi lagi. Apalagi kelengkapan asesoris sepeda dan spare part nya juga sudah sulit sekali ditemui, otomatis harganya cenderung selangit. Mencari kelengkapan sepeda yang langka juga merupakan keasikan tersendiri bagi para pecinta onthel antik. Biasanya mereka menggunakan jaringan pertemanan dan komunitas onthel di daerah lain supaya bisa mendapat harga “persaudaraan” yang pas.

Satu contoh, untuk sepeda merek Gazelle orisinil dan masih lengkap, dan tentunya semuanya masih berfungsi, di tangan kolektor harganya bisa mencapai Rp6 juta. Setara dengan harga sepeda motor bebek bekas tahun 2000an.

Berbagai sepeda telah hadir di masyarakat sejak akhir tahun 1800an. Tak lepas dari peran Belanda sejak jaman penjajahan dulu. Ada beberapa macam merek masuk ke Indonesia, dan masing-masing merek memiliki penggemar fanatik. Diantaranya merek Belanda ada Simplex, Fongers, Burgers, Gruno, Juncker, dan Gazelle. Merek Simplex dan Gazelle adalah dua merek populer dan paling dicari kolektor. Karena sejak jaman dulu sepeda ini biasa dipakai para bangsawan Belanda. Untuk Simplex diproduksi mulai tahun 1887 oleh Simplex automatic Machine Company di Utrect, Belanda. Sepeda onthel selain bikinan Belanda juga dicari kolektor seperti Raleigh buatan Inggris, Solingen buatan Jerman, dan merek-merek sepeda lain buatan Eropa.

Bagi pecinta onthel tua, naik sepeda onthel sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Walaupun dipakai hanya sesekali saja. Sedikit yang memakai onthel untuk berangkat kerja sehari-hari. Maklum jalan raya di Jakarta tidak bersahabat bagi pengendara sepeda. Kebanyakan dari mereka memang menyimpan kenangan indah akan sepeda onthel. Bisa karena orang tua atau kakek neneknya dulu memiliki sejumlah sepeda onthel. Atau keinginan yang terpendam ketika dulu sering melihat kegagahan sepeda onthel yang melintas, tetapi belum bisa memilikinya. Nah, sekarang akhirnya terpenuhi.

Sepeda antik ibarat pakaian. Sepeda apa yang dipakai menaikkan gengsi yang mengendarai. Makin tua dan orisinil makin perlente. “Meskipun hal ini tidak terucap secara langsung antar anggota komunitas,” ucap Alam seorang wirausahawan muda, pengusaha katering di daerah Palmerah, Jakarta. Buat Alam hobi memiliki sepeda onthel ini punya dua misi, pertama untuk menyehatkan tubuhnya yang gemuk gempal agar tetap rajin berolahraga dengan mengayuh sepeda. Kedua untuk menambah luas jaringan pertemanannya sekalian berbisnis.

Sekalian berbisnis, karena komunitas ini bagi yang sudah kawakan, koleksi sepedanya bisa puluhan. Dan dari bermacam merek. Memiliki satu buah sepeda onthel saja rasanya belumlah cukup. Jenis sepeda onthel dianalogikan seperti sebuah keluarga, ada ayah, ibu dan anak-anak. Dari bentuk sepedanya saja, ada onthel jenis laki-laki (ditandai besi melintang horisontal antara setang dan sadel), onthel perempuan ( tak ada besi melintang), onthel anak-anak dan remaja (ukurannya lebih kecil dari onthel dewasa). Sehingga penggila onthel minimal paling tidak memiliki lima atau lebih sepeda onthel.

Asesoris sepeda onthel juga unik. Untuk lampu penerangan bentuknya disesuaikan, ada yang menggunakan lilin, berbahan bakar minyak, sampai menggunakan karbit, atau yang umum dipakai menggunakan dinamo sepeda. Yaitu motor listrik kecil yang ditempelkan pada roda sepeda. Bel sepedanya juga macam-macam, dari yang biasa berbunyi kring-kring sampai yang suaranya seperti terompet. Sirine sepeda juga ada, yang biasa dipakai oleh polisi bersepeda. Tetapi bunyinya tidak seperti sirine yang sekarang, malah seperti suara burung pipit tetapi nyaring sekali. Sepeda polisi jaman dulu ini juga dilengkapi mesin, lho.

Sepeda antik ini bisa menjadi semacam investasi. Kalau sedang butuh cepat dana segar, salah satu koleksi bisa dijual antar kawan pecinta onthel. Seperti Alam, ia memiliki puluhan sepeda onthel dari yang masih bangkai tak lengkap sampai yang lengkap dan orisinil. Kalau ada teman yang tertarik atau sedang butuh dana, ia rela melepas salah satu koleksinya. “Tapi tidak semua sepeda saya berharga mahal. Ada yang saya beli ratusan ribu saja,” ujarnya merendah. “Menjual sepeda antara kawan lazim dilakukan. Kolekdhol, istilahnya. Kolektor tapi bisa didhol (dari bahasa Jawa yang artinya dijual),” tutur bang Jhon yang punya 30an sepeda ini mengiyakan.

Teliti perlu biar tak ketipu

Simplex dan Gazelle adalah dua merek sepeda yang paling populer dan dicari. Bahkan dua merek sepeda ini kerap dibuat tiruannya. “Tidak semua orang mau jujur memberi tahu tips-nya, apalagi pedagang sepeda antik. Dengan bermacam alasan, seperti sulit, lah, tidak semua sepeda sama modelnya, macam-macam berkelitnya,” ujar Alam sambil geleng-geleng. Padahal kalau mau jujur, sebenarnya karena mereka tak mau tersaingi karena sama-sama ingin berburu barang yang asli tetapi murah.

Alam pernah tertipu saat membeli sepeda Gazelle pertama kali. Harganya, murah hanya Rp300 ribuan. Penampilan sepeda begitu mengecoh, apalagi waktu itu ia masih pemula, pasti tidak bisa membedakannya. Dari pengalaman, plus giat membaca literatur tentang sepeda tua akhirnya ia memiliki panduan sederhana selain mengandalkan intuisinya. Sekarang ia sudah memiliki sepeda Gazelle yang asli seri 11(nomor seri ada 6 digit diawali angka 11x.xxx sering disebut seri 11 untuk memudahkan) buatan tahun 1917. Sepeda bersejarah ini termasuk saksi keganasan tsunami di Aceh. Sepeda ini tubuhnya ada yang penyok di beberapa tempat. Dibeli Alam dari seorang kawannya yang relawan di Aceh. Waktu itu relawan ini membeli sepeda dengan harga murah untuk kendaraan operasionalnya. Sebagai kenangan ia membawanya ke Jakarta kondisi seadanya tidak lengkap dan akhirnya jatuh ke tangan Alam. “Sempat sepeda ini mau dibeli kembali, setelah sudah dilengkapi dan orisinil, tetapi tidak saya lepas” ucap Alam sambil tersenyum.

Sepeda Gazelle dari milik bang Jhon didapat dari seorang kawan di daerah Depok dalam kondisi rusak tak terawat, tergolong barang langka, karena termasuk sepeda orderan alias ukurannya dipesan sesuai tinggi pemakai. Dulunya bekas dipakai seorang pastur Belanda, sepedanya bernomer seri 6, posturnya tinggi gagah buatan tahun 1943. “Saya kalau berhenti harus cari trotoar dulu,” ujar bang Jhon malu-malu. Menurutnya, Gazelle sulit dipalsu karena hampir semua bagian sepeda ada nomer seri atau stempel gambar kijang lompat di lampu, velg, setang, gir depan, dan garpu depan. Ciri khas lain Gazelle bagian “paha belakang” sepeda dari atas ke bawah ukurannya mengecil. Saat dikendarai, kalau agak kencang mengayuhnya ban depan Gazelle seperti mau lompat-lompat bak kijang. Ringan dikendarai dan tidak mudah lelah meskipun jarak tempuhnya jauh.

Peredaran sepeda onthel antik biasanya berputar antar pecinta onthel antik juga. Komunitas pecinta onthel punya komitmen untuk menjaga sebisa mungkin sepeda onthel antik ini tidak keluar negeri. Pulang kembali ke negeri asalnya untuk dikoleksi kolektor asing. Namun, kini mereka saling berlomba dengan para pedagang barang antik.

Sunday, July 8, 2007

Gundul !!!

Heran,
Kenapa aku enggak begitu suka sama bola, otomatis pemainnya juga...

Ketemu orang yang katanya terkenal banget ini aja ya biasa aja...
Si Gundul yang dari Perancis ini jagonya bola secara dunia, lho!!!
Semingguan ini die ada di Indonesia. Ketemu presiden, gubernur entah sama siapa lagi..., banyak kayaknya yang ditemuin...
Beliua diundang DANONE, itu tuh yang ada capnya di merek minuman Aqua, terus Milkuat sama Biskuat..., tahu kan?!

Dapet kesempatan ketemu langsung di PTIK, JL Tirtayasa, Jakarta hari Minggu 8 Juli 2007,...
udah nunggunya lama, ngaret...
karena teknis dan acaranya yang padet alasannya...
ngeresmiin macem-macem, katanya...

beritanya ya gitu-gitu aja, deh.
Soale tanya-tanya soal die nanduk sewaktu di piala dunia 2006 yang kemarin rame diomongin, kagak boleh sama yang ngundang...
Katanya, Zidane orangnya bete'an, entar die langsung ngabur kagak mau omong...
kan, entar rugi semuanya, enggak bisa foto-foto?!....

Yah, itung-itung
sekedar liat dari deket si tukang nanduk ini...
orangnya gak ramah-ramah amat
tegang mukanya...
terkesan formalitas aja omongannya

iyalah...
Sekarang, kan dia udah pensiun jadi pemain bola...
daripada ngganggur, mumpung masih populer juga, kenapa enggak?!, jadi duta DANONE, buat promosi...
lumayan juga kan honornya...

Hebatnya orang ini,
Biar, gundul, orangnya bete'an, ya laku juga...
Dasar...Gundul!!!
Posted by Picasa

Jangan sampai keracunan diri sendiri

Tak cuma ular yang beracun, manusia juga!

Racun ada dimana-mana baik di luar maupun di dalam tubuh. Dalam rupa polusi, termasuk pola gaya hidup atau pola makan tak sehat. Dan, bisa meracuni kita sendiri. Proses keracunannya berjalan lambat, bahkan tak terasa. Jika sudah muncul gejala seperti mudah lelah, tubuh terasa letih, sering sakit kepala dan kulit menjadi kusam, rasanya anda butuh didetoksifikasi alias pengeluaran racun.
===

Mungkin anda tidak percaya kalau tubuh kita mengandung racun. Memangnya, kita ini ular? Racun dalam tubuh manusia memang bukan seperti racun pada ular. Racun atau toksin dalam tubuh manusia dipilah dua, yaitu endotoksin yang asalnya dari dalam tubuh dan eksotoksin yang asalnya dari luar tubuh. Endotoksin berasal dari bakteri-bakteri yang menumpang hidup di dalam tubuh. Termasuk sampah hasil metabolisme tubuh. Sedangkan eksotoksin bisa berasal dari asap rokok, polusi udara, junk food, makanan berpengawet dan pewarna makanan sintetik. Kalau segala bentuk rupa racun ini tidak dikeluarkan dan terus menumpuk dalam tubuh, nantinya, jelas bikin penyakit. Berbeda dengan ular, racunnya justru penting untuk mencari makan.

Sebenarnya, kita tak perlu kuatir meskipun racun ada di dalam tubuh kita. Asalkan semua organ tubuh dalam kondisi sehat, segala racun tadi bisa enyah berkat kerja keras liver(hati), ginjal, dan saluran pencernaan. Proses bersih-bersih racun inilah yang dinamakan detoks. Ketika toksin atau racun masuk dalam tubuh, liver adalah organ yang berfungsi menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh. Kemudian toksin itu dibuang melalui ginjal dan saluran pencernaan (usus besar). Pembuangan toksin yang melalui ginjal berupa air seni dan saluran pencernaan berupa feses atau tinja.

Kalau buang air besar teratur, kencing juga lancar, berarti aman dong. Eit, belum tentu. Menurut Andang W Gunawan konsultan kesehatan alami dan penulis buku “Food Combining”, jika lambung terus menerus dijejali makanan busuk akibat pola makan yang buruk, liver akan membengkak dan meregang. Liver juga akan kelelahan akibat mencerna protein dan lemak dalam jumlah besar (junk food), juga karena racun dari obat-obatan dan zat sintetis lainnya. Partner kerja liver yaitu pankreas akan membengkak melebihi ukuran normal akibat terus-menerus dipaksa memproduksi enzim untuk mencerna makanan yang sudah tidak memiliki enzim semisal makanan berpengawet.

Jika toksin yang masuk ke dalam tubuh begitu banyaknya, semakin hari tugas liver akan semakin berat dan juga terganggu. Kalau Liver bisa omong, dia akan bilang, capeek, deeh…! Akibatnya, toksin akan mengendap dalam tubuh karena sudah melebihi batas kapasitas dan kemampuan sistem pembuangan. Usus besar tebal dengan kotoran yang pekat sehingga dapat meracuni aliran darah. Dalam jangka pendek akan timbul gejala atau tanda-tanda seperti mudah lelah, tubuh terasa letih, sering sakit kepala, sariawan, dan kulit menjadi kusam. Tubuh juga bisa terkena penyakit toksemia (kondisi keracunan dalam darah).

Padahal, hampir semua penyakit pada organ vital yang dapat menyebabkan kematian erat hubungannya dengan toksemia. Sebab sel-sel tubuh memperoleh makanan dari darah, sedangkan darah memperoleh makanan dari usus. Setiap zat yang dikonsumsi tubuh akan diserap dinding usus dan kemudian didistribusikan darah ke setiap sel tubuh. Nah, jika di usus ada racun, ia akan ikut terserap ke seluruh tubuh. Melalui aliran darah toksin akan masuk ke jaringan lain termasuk mengganggu sistem kekebalan tubuh. Akibat lain dari toksemia adalah menyebabkan asidosis (keasaman berlebihan dalam darah). Asidosis sendiri menyebabkan kekentalan darah dan metabolisme tubuh terganggu.

Menurut ibu dua anak yang masih tampak awet muda dan enerjik di umur 50an ini, kunci tubuh sehat adalah metabolisme seimbang. Detoksifikasi yang benar akan mengembalikan keseimbangan asam basa darah dan metabolisme.

Perbanyak mengonsumsi buah dan sayuran

Kadangkala kita bingung memilih cara detoks yang benar itu bagaimana? Detoks terbagi atas dua sistem, yang pertama adalah xenobiotik detoks yaitu proses menetralkan toksin yang berasal dari zat kimia dan logam berbahaya dari makanan, udara dan air. Proses ini menetralkan bahan berbahaya atau toksin yang dihasilkan tubuh saat metabolisme. Sistem detoks yang kedua adalah antioksidan detoks yaitu proses penetralan zat yang sangat reaktif terhadap oksigen atau sering disebut radikal bebas. Sumber radikal bebas antara lain bersumber dari sinar ultra violet, asap rokok, radiasi, dan polusi udara.

Jenis metode detoks macam-macam, dari redam kaki, hingga membersihkan usus besar (colon hydroterapi). Selain itu juga dengan berpuasa, minum banyak air putih, minum jus buah, dan mengonsumsi antioksidan. “Metode detoks yang benar adalah tetap memberikan kesempatan tubuh untuk leluasa melakukan pembuangan. Karena metode detoks yang hanya memaksa tubuh mengeluarkan racun saja justru sangat berbahaya,” jelas Andang. Karena terapi detoks bagaimanapun memberi stres pada liver dan usus. “Hal yang terpenting dalam metode detoks adalah memberi makanan yang benar pada tubuh dan mendukung kerja organ tersebut selama melakukan program detoks,” ujarnya menekankan.

Bagi pemula, Andang menganjurkan memulai detoks dengan lebih banyak mengonsumsi buah dan sayuran segar dahulu. Buah dan sayuran segar tinggi air dan serat yang membantu melancarkan pembuangan dari usus. Buah adalah makanan bergizi yang kaya vitamin, mineral dan antioksidan yang sangat diperlukan organ-organ pendetoks (liver, dan saluran pencernaan).

Tahap selanjutnya dengan melakukan puasa selama 40 hari. Bukan seperti puasa Ramadhan, tetapi setiap 2 jam minum 1 gelas jus buah. Pilihan buahnya bisa semangka, pepaya, apel, nanas, dan mangga. Tidak campur-campur tetapi satu hari dipilih satu jenis buah saja. Dan, tidak lupa sering minum air putih. Jika diperlukan saat puasa ini sambil menggunakan suplemen khusus detoks. Sebaiknya suplemen mengandung bahan makanan organik. Contohnya di pasaran telah beredar suplemen detoks alami yang mengandung lecithin, curcuma dan vitamin E. Lecithin yang terkandung dalam kacang kedelai dan ekstrak temulawak adalah nutrisi pendukung liver, saat liver bertugas menetralkan toksin. Sedangkan vitamin E berfungsi mengikat radikal bebas hasil dari sampah metabolisme ketika liver menetralkan racun atau toksin. Selanjutnya toksin yang sudah dilumpuhkan oleh liver ini dibuang melalui urine atau feses.

detoks juga ada reaksinya

Untuk memulai program detoks ini rasanya perlu persiapan fisik dan mental, dan tentu konsultasi pada ahlinya. Soalnya setiap hari hanya minum jus buah dan air putih saja. Makanan pembentuk asam seperti daging, protein dan lemak selama 3-7 hari sebelum melakukan program detoks ini harus dikurangi (lihat inbok makanan pembentuk asam basa). Gunanya untuk menstabilkan kadar asam basa darah.

Mental kita diasah saat menjalani detoks, karena dibutuhkan kesabaran, termasuk ketelatenan. Karena proses pengeluaran racun awalnya akan terasa lambat. “Jika racunnya sudah menumpuk lama, proses pengeluarannya juga lama,”jelas Andang yang masih tampak awet muda diusianya yang 50 an. “Proses detoks yang baik tidak instan, tetapi hasilnya lebih tahan lama,” tambahnya.

Patut disadari bahawa setiap program detoks, tubuh dipastikan bereaksi. Sebutannya healing crisis alias krisis penyembuhan. Reaksi ini muncul pada hari ketiga setelah puasa. Pada setiap orang reaksi fisiknya tidak sama. Tetapi biasanya akan mengalami warna urin yang lebih keruh dan berbau tajam. Apalagi bagi mereka yang sepanjang hidupnya banyak mengonsumsi obat farmasi, bau obat akan keluar bersama kotoran. Termasuk sering kentut dengan bau yang menusuk. Sering pusing, mual, nyeri sendi dan otot, batuk pilek seperti kena flu. Saat buang air besar, kotoran terasa banyak disertai lendir yang pekat, bisa berwarna hijau hingga kehitaman. Muncul rasa lapar yang tinggi, tetapi setelah hari ketiga rasa ini mulai menyusut. Tetapi ingat gejala-gejala ini jangan diobati. Sebaiknya tanya ahlinya misalnya ahli terapi nutrisi atau dokter nutrisi.

Antisipasinya, cukup istirahat di tempat sejuk dan sirkulasi udara yang baik. Tidak panas-panasan di sinar matahari. Tidak melakukan aktifitas berat seperti jalan jauh, olahraga berat atau hubungan seks, duh payah nih. Sering minum air putih dan jus buah segar sangat dianjurkan. Karena urin yang keruh kemungkinan tubuh kurang cairan atau kurang minum. Dalam krisis penyembuhan hindari makanan berat seperti daging, nasi dan makanan berlemak. Jika suhu badan terasa panas, lebih sering minum air putih. Beberapa orang akan terasa tidak sabaran, karena racun sudah menumpuk lama, perlu waktu agak lama juga untuk pembersihannya (krisis penyembuhannya agak lama). Ibaratnya, membersihkan kerak di lantai rumah yang sudah menahun, tentu tidak bisa langsung bersih, kan.

Di hari ke-40 saatnya berbuka puasa, lagi-lagi belum tentu enak dan tidak boleh banyak-banyak. Karena makanan pertama akan membersihkan usus, gejalanya bisa segera ingin buang air besar atau diare setelah makan. Selanjutnya, akan berjalan seperti biasa. Pola makanannya setelah detoks, ya tidak kembali lagi ke sediakala. Diupayakan lebih cenderung mengonsumsi makanan pembentuk basa. Kalau mau sehat dan awet muda…

Inbok

Makanan pembentuk asam:
1. Semua seafood, ikan, unggas dan daging
2. Yogurt, mentega, telur, susu ternak, keju
3. Gandum, beras, jagung, kacang
4. Kopi, teh, soda, junk food

Efek makanan pembentuk asam:
Mudah lelah, tersinggung, marah, insomnia, sering flu, mudah alergi, bau badan dan nafas.

Makanan pembentuk basa:
1. Semua buah
2. Sayuran hijau dan segar
3. Millet, quinoa (padi-padian)
4. Air putih
5. Buah zaitun matang
6. Kacang almond mentah
7. Kedelai mentah
8. Buncis, kacang polong segar
9. Alpokat
10. Diet rendah protein/lemak

Efek makanan pembentuk basa:
Lebih enerjik, tahan terhadap flu dan infeksi, tulang dan otot sehat dan kuat, tidur lebih nyenyak, awet muda, gigi sehat, kesadaran spiritual meningkat.

Reaksi detoksifikasi
1. Tahap 1 (hari 1-2): kadar gula darah turun dibawah 70mg/dl. Denyut jantung melambat, tekanan darah menurun. Glikogen diambil dari otot menyebabkan rasa lemas. Sakit kepala, pusing, mual, nafas bau, lidah tebal. Rasa lapar sangat kuat.

2. Tahap 2 (hari 3-7): kulit lebih berminyak kadang timbul banyak jerawat karena lemak rusak mulai dikeluarkan dari tubuh. Sistem imun meingkat. Mulai pilek, usus besar mulai lunak.

3. Tahap 3 (hari 8-15): tubuh terasa lebih fit. Bekas luka lama akan terasa nyeri tanda proses penyembuhan hampir selesai. Otot tegang akibat iritasi toksin. Sariawan akibat bakteri berlebihan di mulut, yang dapat diatasi dengan kumur air garam.

4. Tahap 4 (hari16-39): tubuh mulai beradaptasi dengan proses puasa atau detoks. Energi meningkat, pikiran lebih jernih. Lidah berwarna merah jambu, nafas menjadi segar. Emosi semakin stabil, daya ingat dan konsentrasi meningkat.

5. Tahap 5 (buka puasa): makanan pertama akan segera melepaskan plak dari dinding usus. Toksin masuk ke darah dan keluar melalui usus besar. Empedu membuang ampas dalam jumlah besar, menyebabkan ingin segera buang air besar setelah makan. Kadang diikuti diare.


Sumber: Andang W. Gunawan




Powered by ScribeFire.

Wednesday, July 4, 2007

detoksifikasi

Tak cuma ular yang beracun, manusia juga!

Racun ada dimana-mana baik di luar maupun di dalam tubuh. Dalam rupa polusi, termasuk pola gaya hidup atau pola makan tak sehat. Dan, bisa meracuni kita sendiri. Proses keracunannya berjalan lambat, bahkan tak terasa. Jika sudah muncul gejala seperti mudah lelah, tubuh terasa letih, sering sakit kepala dan kulit menjadi kusam, rasanya anda butuh didetoksifikasi alias pengeluaran racun.
===

Mungkin anda tidak percaya kalau tubuh kita mengandung racun. Memangnya, kita ini ular? Racun dalam tubuh manusia memang bukan seperti racun pada ular. Racun atau toksin dalam tubuh manusia dipilah dua, yaitu endotoksin yang asalnya dari dalam tubuh dan eksotoksin yang asalnya dari luar tubuh. Endotoksin berasal dari bakteri-bakteri yang menumpang hidup di dalam tubuh. Termasuk sampah hasil metabolisme tubuh. Sedangkan eksotoksin bisa berasal dari asap rokok, polusi udara, junk food, makanan berpengawet dan pewarna makanan sintetik. Kalau segala bentuk rupa racun ini tidak dikeluarkan dan terus menumpuk dalam tubuh, nantinya, jelas bikin penyakit. Berbeda dengan ular, racunnya justru penting untuk mencari makan.

Sebenarnya, kita tak perlu kuatir meskipun racun ada di dalam tubuh kita. Asalkan semua organ tubuh dalam kondisi sehat, segala racun tadi bisa enyah berkat kerja keras liver(hati), ginjal, dan saluran pencernaan. Proses bersih-bersih racun inilah yang dinamakan detoks. Ketika toksin atau racun masuk dalam tubuh, liver adalah organ yang berfungsi menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh. Kemudian toksin itu dibuang melalui ginjal dan saluran pencernaan (usus besar). Pembuangan toksin yang melalui ginjal berupa air seni dan saluran pencernaan berupa feses atau tinja.

Kalau buang air besar teratur, kencing juga lancar, berarti aman dong. Eit, belum tentu. Menurut Andang W Gunawan konsultan kesehatan alami dan penulis buku “Food Combining”, jika lambung terus menerus dijejali makanan busuk akibat pola makan yang buruk, liver akan membengkak dan meregang. Liver juga akan kelelahan akibat mencerna protein dan lemak dalam jumlah besar (junk food), juga karena racun dari obat-obatan dan zat sintetis lainnya. Partner kerja liver yaitu pankreas akan membengkak melebihi ukuran normal akibat terus-menerus dipaksa memproduksi enzim untuk mencerna makanan yang sudah tidak memiliki enzim semisal makanan berpengawet.

Jika toksin yang masuk ke dalam tubuh begitu banyaknya, semakin hari tugas liver akan semakin berat dan juga terganggu. Kalau Liver bisa omong, dia akan bilang, capeek, deeh…! Akibatnya, toksin akan mengendap dalam tubuh karena sudah melebihi batas kapasitas dan kemampuan sistem pembuangan. Usus besar tebal dengan kotoran yang pekat sehingga dapat meracuni aliran darah. Dalam jangka pendek akan timbul gejala atau tanda-tanda seperti mudah lelah, tubuh terasa letih, sering sakit kepala, sariawan, dan kulit menjadi kusam. Tubuh juga bisa terkena penyakit toksemia (kondisi keracunan dalam darah).

Padahal, hampir semua penyakit pada organ vital yang dapat menyebabkan kematian erat hubungannya dengan toksemia. Sebab sel-sel tubuh memperoleh makanan dari darah, sedangkan darah memperoleh makanan dari usus. Setiap zat yang dikonsumsi tubuh akan diserap dinding usus dan kemudian didistribusikan darah ke setiap sel tubuh. Nah, jika di usus ada racun, ia akan ikut terserap ke seluruh tubuh. Melalui aliran darah toksin akan masuk ke jaringan lain termasuk mengganggu sistem kekebalan tubuh. Akibat lain dari toksemia adalah menyebabkan asidosis (keasaman berlebihan dalam darah). Asidosis sendiri menyebabkan kekentalan darah dan metabolisme tubuh terganggu.

Menurut ibu dua anak yang masih tampak awet muda dan enerjik di umur 50an ini, kunci tubuh sehat adalah metabolisme seimbang. Detoksifikasi yang benar akan mengembalikan keseimbangan asam basa darah dan metabolisme.

Perbanyak mengonsumsi buah dan sayuran

Kadangkala kita bingung memilih cara detoks yang benar itu bagaimana? Detoks terbagi atas dua sistem, yang pertama adalah xenobiotik detoks yaitu proses menetralkan toksin yang berasal dari zat kimia dan logam berbahaya dari makanan, udara dan air. Proses ini menetralkan bahan berbahaya atau toksin yang dihasilkan tubuh saat metabolisme. Sistem detoks yang kedua adalah antioksidan detoks yaitu proses penetralan zat yang sangat reaktif terhadap oksigen atau sering disebut radikal bebas. Sumber radikal bebas antara lain bersumber dari sinar ultra violet, asap rokok, radiasi, dan polusi udara.

Jenis metode detoks macam-macam, dari redam kaki, hingga membersihkan usus besar (colon hydroterapi). Selain itu juga dengan berpuasa, minum banyak air putih, minum jus buah, dan mengonsumsi antioksidan. “Metode detoks yang benar adalah tetap memberikan kesempatan tubuh untuk leluasa melakukan pembuangan. Karena metode detoks yang hanya memaksa tubuh mengeluarkan racun saja justru sangat berbahaya,” jelas Andang. Karena terapi detoks bagaimanapun memberi stres pada liver dan usus. “Hal yang terpenting dalam metode detoks adalah memberi makanan yang benar pada tubuh dan mendukung kerja organ tersebut selama melakukan program detoks,” ujarnya menekankan.

Bagi pemula, Andang menganjurkan memulai detoks dengan lebih banyak mengonsumsi buah dan sayuran segar dahulu. Buah dan sayuran segar tinggi air dan serat yang membantu melancarkan pembuangan dari usus. Buah adalah makanan bergizi yang kaya vitamin, mineral dan antioksidan yang sangat diperlukan organ-organ pendetoks (liver, dan saluran pencernaan).

Tahap selanjutnya dengan melakukan puasa selama 40 hari. Bukan seperti puasa Ramadhan, tetapi setiap 2 jam minum 1 gelas jus buah. Pilihan buahnya bisa semangka, pepaya, apel, nanas, dan mangga. Tidak campur-campur tetapi satu hari dipilih satu jenis buah saja. Dan, tidak lupa sering minum air putih. Jika diperlukan saat puasa ini sambil menggunakan suplemen khusus detoks. Sebaiknya suplemen mengandung bahan makanan organik. Contohnya di pasaran telah beredar suplemen detoks alami yang mengandung lecithin, curcuma dan vitamin E. Lecithin yang terkandung dalam kacang kedelai dan ekstrak temulawak adalah nutrisi pendukung liver, saat liver bertugas menetralkan toksin. Sedangkan vitamin E berfungsi mengikat radikal bebas hasil dari sampah metabolisme ketika liver menetralkan racun atau toksin. Selanjutnya toksin yang sudah dilumpuhkan oleh liver ini dibuang melalui urine atau feses.

detoks juga ada reaksinya

Untuk memulai program detoks ini rasanya perlu persiapan fisik dan mental, dan tentu konsultasi pada ahlinya. Soalnya setiap hari hanya minum jus buah dan air putih saja. Makanan pembentuk asam seperti daging, protein dan lemak selama 3-7 hari sebelum melakukan program detoks ini harus dikurangi (lihat inbok makanan pembentuk asam basa). Gunanya untuk menstabilkan kadar asam basa darah.

Mental kita diasah saat menjalani detoks, karena dibutuhkan kesabaran, termasuk ketelatenan. Karena proses pengeluaran racun awalnya akan terasa lambat. “Jika racunnya sudah menumpuk lama, proses pengeluarannya juga lama,”jelas Andang yang masih tampak awet muda diusianya yang 50 an. “Proses detoks yang baik tidak instan, tetapi hasilnya lebih tahan lama,” tambahnya.

Patut disadari bahawa setiap program detoks, tubuh dipastikan bereaksi. Sebutannya healing crisis alias krisis penyembuhan. Reaksi ini muncul pada hari ketiga setelah puasa. Pada setiap orang reaksi fisiknya tidak sama. Tetapi biasanya akan mengalami warna urin yang lebih keruh dan berbau tajam. Apalagi bagi mereka yang sepanjang hidupnya banyak mengonsumsi obat farmasi, bau obat akan keluar bersama kotoran. Termasuk sering kentut dengan bau yang menusuk. Sering pusing, mual, nyeri sendi dan otot, batuk pilek seperti kena flu. Saat buang air besar, kotoran terasa banyak disertai lendir yang pekat, bisa berwarna hijau hingga kehitaman. Muncul rasa lapar yang tinggi, tetapi setelah hari ketiga rasa ini mulai menyusut. Tetapi ingat gejala-gejala ini jangan diobati. Sebaiknya tanya ahlinya misalnya ahli terapi nutrisi atau dokter nutrisi.

Antisipasinya, cukup istirahat di tempat sejuk dan sirkulasi udara yang baik. Tidak panas-panasan di sinar matahari. Tidak melakukan aktifitas berat seperti jalan jauh, olahraga berat atau hubungan seks, duh payah nih. Sering minum air putih dan jus buah segar sangat dianjurkan. Karena urin yang keruh kemungkinan tubuh kurang cairan atau kurang minum. Dalam krisis penyembuhan hindari makanan berat seperti daging, nasi dan makanan berlemak. Jika suhu badan terasa panas, lebih sering minum air putih. Beberapa orang akan terasa tidak sabaran, karena racun sudah menumpuk lama, perlu waktu agak lama juga untuk pembersihannya (krisis penyembuhannya agak lama). Ibaratnya, membersihkan kerak di lantai rumah yang sudah menahun, tentu tidak bisa langsung bersih, kan.

Di hari ke-40 saatnya berbuka puasa, lagi-lagi belum tentu enak dan tidak boleh banyak-banyak. Karena makanan pertama akan membersihkan usus, gejalanya bisa segera ingin buang air besar atau diare setelah makan. Selanjutnya, akan berjalan seperti biasa. Pola makanannya setelah detoks, ya tidak kembali lagi ke sediakala. Diupayakan lebih cenderung mengonsumsi makanan pembentuk basa. Kalau mau sehat dan awet muda…

Inbok

Makanan pembentuk asam:
1. Semua seafood, ikan, unggas dan daging
2. Yogurt, mentega, telur, susu ternak, keju
3. Gandum, beras, jagung, kacang
4. Kopi, teh, soda, junk food

Efek makanan pembentuk asam:
Mudah lelah, tersinggung, marah, insomnia, sering flu, mudah alergi, bau badan dan nafas.

Makanan pembentuk basa:
1. Semua buah
2. Sayuran hijau dan segar
3. Millet, quinoa (padi-padian)
4. Air putih
5. Buah zaitun matang
6. Kacang almond mentah
7. Kedelai mentah
8. Buncis, kacang polong segar
9. Alpokat
10. Diet rendah protein/lemak

Efek makanan pembentuk basa:
Lebih enerjik, tahan terhadap flu dan infeksi, tulang dan otot sehat dan kuat, tidur lebih nyenyak, awet muda, gigi sehat, kesadaran spiritual meningkat.

Reaksi detoksifikasi
1. Tahap 1 (hari 1-2): kadar gula darah turun dibawah 70mg/dl. Denyut jantung melambat, tekanan darah menurun. Glikogen diambil dari otot menyebabkan rasa lemas. Sakit kepala, pusing, mual, nafas bau, lidah tebal. Rasa lapar sangat kuat.

2. Tahap 2 (hari 3-7): kulit lebih berminyak kadang timbul banyak jerawat karena lemak rusak mulai dikeluarkan dari tubuh. Sistem imun meingkat. Mulai pilek, usus besar mulai lunak.

3. Tahap 3 (hari 8-15): tubuh terasa lebih fit. Bekas luka lama akan terasa nyeri tanda proses penyembuhan hampir selesai. Otot tegang akibat iritasi toksin. Sariawan akibat bakteri berlebihan di mulut, yang dapat diatasi dengan kumur air garam.

4. Tahap 4 (hari16-39): tubuh mulai beradaptasi dengan proses puasa atau detoks. Energi meningkat, pikiran lebih jernih. Lidah berwarna merah jambu, nafas menjadi segar. Emosi semakin stabil, daya ingat dan konsentrasi meningkat.

5. Tahap 5 (buka puasa): makanan pertama akan segera melepaskan plak dari dinding usus. Toksin masuk ke darah dan keluar melalui usus besar. Empedu membuang ampas dalam jumlah besar, menyebabkan ingin segera buang air besar setelah makan. Kadang diikuti diare.


Sumber: Andang W. Gunawan




Powered by ScribeFire.