Thursday, May 31, 2007

Desa wisata Kuningan


Desa wisata Kuningan

Kuningan di Jakarta pemandangannya sudah pasti gedung-gedung perkantoran, mal dan hotel. Sekali-sekali injak pedal gas mobil Anda dalam-dalam menuju Kuningan di Jawa Barat. Lewat tol Cikampek terus saja sampai Cirebon lanjut ke arah Kuningan, kurang lebih 291 km jaraknya. Misalkan jarak dari Jakarta terlalu melelahkan, bisa berangkat dari Bandung. Jarak tempuh Bandung-Kuningan kurang lebih 184 km. Mau lebih dekat lagi dari Cirebon ke Kuningan hanya sekitar 35 km.

Pegel-pegel setelah 8 jam menginjak pedal gas, kopling dan rem dari Jakarta? Enjoy, aja!, sesampainya di desa Sangkanurip, Kuningan, Anda sekeluarga bisa mengendurkan otot-otot yang kaku. Bisa mandi di pemandian air panas 24 jam atau menjalani terapi Spa yang ada di desa berhawa sejuk ini. Biarpun namanya desa Sangkanurip, desa ini tidak pelosok. Lokasinya, di pinggir jalan raya Cirebon-Kuningan. Mau pilih penginapan dari hotel bintang lima hingga hotel melati juga ada.

Di Sangkanurip tak cuma bisa menikmati Spa, mandi-mandi air hangat atau hanya tidur-tiduran di hotel. Buat mereka wong ndeso yang rindu suasana kampung termasuk orang kota juga, pagi hari asik sekali menuju ke arah Tenggara buat jalan-jalan menyusuri kampung. “Sitonjul” sebutan kampungnya. Gratis, kapan saja boleh masuk buat jalan-jalan menyusuri kampung yang masih asri ini. Dua tahun lalu ada retribusi, tetapi sekarang tinggal posnya saja, itupun tidak terawat. Menyusuri “Sitonjul”, ada rute jarak jauh juga jarak pendek. Mau berlumpur ria bisa lewat pematang sawah. Jika ingin tetap bersih telapak kakinya bisa memilih jalan yang sudah disemen atau diaspal. Naik mobil juga bisa, tetapi enggak ada sensasinya. Tinggal pilih manasuka.

Melintasi jalur yang panjang kita akan melihat sungai, penduduk desa yang ramah, pemandangan gunung Ciremai yang gagah, sawah berundak-undak. Masih mendengar suara jangkerik juga kicau burung. Mungkin di malam hari masih ada kunang-kunang yang menyala di malam hari. Pohon-pohon besar masih banyak, ada kuburan khas Pasundan dan tentunya jalan tanah becek khas kampung. Finishnya, bertemu bendungan Katiga. Ketika belum hanyut terkena banjir dua tahun lalu di bendungan ini ada jembatan eksotik terbuat dari bambu. Saat air tidak meluap asik untuk bermain air di antara bebatuan di sungai ini. Airnya dingin dan jernih. Jika airnya sedang meluap lebih baik jangan. Bahaya, nanti hanyut.

Pulangnya bisa menyeberangi bendungan Katiga ini. Sekitar 500 meter jarak tempuh untuk melintasi jalan desa yang masih alami, selanjutnya kita bisa langsung menemui jalan mulus menuju Sangkanurip. Badan capek-capek dan pegal lagi? Spa aja lagi, he…he…he…

Ke Kuningan tidak belanja oleh-oleh rasanya kurang afdal. Makanan iseng ada tahu Lampin, rasanya mirip tahu goreng khas Sumedang. Dimakan panas-panas bareng cabe rawit, Rp 3000 dapat 10 tahu. Minuman khasnya ada Jeniper, jelas bukan minuman keras, tetapi jeruk nipis peras. Jeniper dihidangkan panas enak, dingin pun nikmat. Per botolnya Rp10.500. Yang istimewa adalah tape ketan Kuningan yang dibungkus daun jambu air. Rasa tapenya manis harum wangi daun jambu, sueger…deh Tape ketan ini dijual dalam wadah ember hitam bertutup. Cukup tukarkan uang Rp40.000 dapat ember berisi 100 biji tape ketan berbungkus daun jambu.

Kalau ke Kuningan titip tape ketannya, ya!

1 comment:

menjadikosong said...

hemm...sayang sekali tidak disebutkan secara tepat Kuningan di sebelah mana. or lebih baik lagi klo disebutkan dimana tape tersebut diproduksi. di desa mana dan kecamatan mana yang ada di Kuningan??? but, makasih referensinya. sungguh tak tergantikan