Tuesday, June 17, 2008

<b>Tongseng Kopyok Mbah Ganis</b>

Masih di kawasan wisata Kaliurang, tepatnya di dekat obyek wisata air terjun Telaga Putri, ada warung makan Mbah Ganis yang layak untuk dikunjungi. Tongseng kopyok yang hangat, kuahnya yang gurih dan menyegarkan menjadi menu khas yang pas bersanding dengan sejuknya hawa Kaliurang.

Entah kebetulan atau tidak, biasanya warung makan yang berada di sekitar obyek wisata hanya menyajikan makanan cepat saji yang ala kadarnya. Sudah harganya mahal, terasa kurang mantap, serta jauh dari selera. Bikin kecewa saja. Tetapi anggapan ini akan pupus ketika memasuki warung Mbah Ganis yang ada di pelataran obyek wisata Telogo Putri.

Sate, tongseng, dan nasi goreng adalah menu ujung tombaknya. Secara sepintas sajian ini biasa saja. Mbah Ganis pemilik warung yang sebenarnya masih berumur 40 tahun ini, merekayasa ketiga menu ini menjadi sajian yang berbeda yaitu tongseng <i>kopyok</i>, dan nasi <i>klenyer</i>.

Apa, sih bedanya? Kuah tongseng <i>kopyok</i> yang manis gurih lebih terasa nendang pedasnya. Tetapi buat yang enggak suka pedas, bisa pesan jangan pedas-pedas kuahnya. Saat proses memasak tongsengnya, daging mentah tidak langsung dicemplungkan ke kuah tongseng. Kuah tongseng dan dagingnya dimasak sendiri-sendiri. Kuah tongseng yaitu kuah gule beserta bumbu tongsengnya antara lain, daun bawang, cabe merah, bawang putih, bawang merah, lada hitam, kemiri, ketumbar, dan kecap dipanaskan dalam wajan. Tak ketinggalan ditambah sayuran khas tongseng yaitu tomat dan kol. Nah, <i>kopyok</i>nya adalah telur ayam yang dicemplungkan ke kuah tongseng ini. Sedangkan cara memasak dagingnya dibakar dulu seperti sate tetapi tanpa bumbu. Kalau sudah matang dagingnya, barulah daging ini disiram kuah tongseng <i>kopyok</i>nya. Pembeli bisa memilih daging untuk tongseng <i>kopyok</i>nya. Di sini tersedia ayam, kelinci, atau kambing, untuk pilihan daging ini sesuai selera pelanggan.

Bicara soal rasa tongseng <i>kopyok</i> ini, memang jadi lain. Agak jauh dari rasa tongseng sesungguhnya. Penyajiannya saja seperti sate dengan bumbu kuah gule yang cerah. Rasa kuahnya perpaduan antara oseng-oseng, gule, dan rasa tongseng yang samar-samar. Dagingnya pun terasa lebih empuk. Bukannya jadi tidak enak, malah muncul hasrat untuk tambah lagi menu tongseng ala Mbah Ganis ini dan sepiring nasi. Keinginan ini perlu diredam dulu karena ada menu lain yang wajib dicoba yaitu nasi <i>klenyer</i>.

Menurut Mbah Ganis, nasi <i>klenyer</i> ini sehabis menyantapnya membuat <i>kelenger keleler-keleler</i> jadinya <i>klenyer</i> karena nasi ini banyak mengandung lemak tadinya. "Namun, sekarang lemaknya dikurangi demi kesehatan," ujar Mbah Ganis menjelaskan. Menu ini sesungguhnya nasi goreng kambing yang bumbu racikannya adalah bumbu tongseng. Singkatnya nasi goreng kambing rasa tongseng. Agak <i>nyemek</i> atau basah karena ada kuah tongseng sedikit plus daging dan sedikit sayuran. Rasanya, gurih tongseng dan nasi goreng, bikin kelenger bener, deh seperti namanya…

Menu-menu yang ada di warung Mbah Ganis ini buah karya racikannya sendiri. Meskipun sebagian besar perjalanan karirnya justru tidak menyenggol kuliner sama sekali. "Semuanya ini hasil dari main ke mana saja dan mencoba apa saja. Tetapi akhirnya kembali ke tempat kelahiran saya ini. Dari hobi icip-icip tempat makan yang orang bilang enak, kemudian saya buat racikannya lagi menurut perasaan saya," paparnya. Pengalaman hidup Mbah Ganis selama belasan tahun justru lebih banyak di atas panggung hiburan. Dari penyanyi pop daerah, dangdut, hingga penyanyi <i>jathilan</i> (kesenian kuda lumping). Tak heran jika di tabel menu makanan, yang harganya relatif terjangkau, (rata-rata setiap menu seporsinya dihargai Rp 8000an), tercantum juga kelompok organ tunggal dan <i>jathilan</i> asuhan Mbah Ganis.

Warung makan Mbah Ganis ini kapasitasnya sekitar 50an orang, terdiri dari meja kursi 20 orang, sisanya lesehan. Di hari libur atau akhir pekan, warung ini kerap dipenuhi pengunjung. Baik penduduk sekitar maupun wisatawan yang datang ke Kaliurang. Menu yang paling diserbu biasanya tongseng, tongseng kopyok dan sate kelinci.

Uniknya, warung ini jam bukanya hampir 24 jam. Mulai buka jam 07.00 pagi dan tutup jam 05.00 subuh. "Soalnya saya perlu tidur juga, kan. Dan, karyawan butuh belanja bahan-bahan keperluan juga," kekeh mbah Ganis. Walaupun lokasi warung ini dekat dengan obyek wisata, pengunjungnya tak hanya pengunjung Kaliurang yang ramai di siang atau sore hari. Malamnya juga sering diserbu para penginap di villa-villa seputaran Kaliurang.

Hawa sejuk plus, hangatnya kuah tongseng <i>kopyok</i> Mbah Ganis yang gurih menyegarkan ini menjadi sayang kalau dilewatkan…


No comments: