Monday, June 9, 2008

<b>Dari pesawat tempur pindah ke mobil</b>

Mengendarai mobil untuk pertama kali memang tidak mudah. Tak heran muncul sekolah atau tempat kursus untuk mengemudi mobil. Tetapi setelah lulus dari sekolah mengemudi mobil ini kadang masih tetap saja kurang percaya diri. Apalagi saat berkendara di jalan raya yang ramai atau di jalan yang sempit. Bagi yang sudah mahir cukup mengandalkan <i>feeling</i> atau perasaan. Iya, kalau perasaannya jitu, tetapi kadang perasaannya yakin tidak menyerempet, eh malah menabrak kendaraan lain. Mahir mengendarai mobil, perasaan saja tidak cukup!

===

Begitu pula yang dialami Drs. Sugiono seorang peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Rasanya, tak hanya beliau yang mengalami kesulitan ketika pertama kali mengendarai mobil di jalan raya. Tetapi yang berbeda adalah bagaimana ia menyiasati kesulitan mengendarai mobil di jalan raya dengan latar belakang ilmu yang dimilikinya. Sugiono paham betul ilmu tentang cahaya. Dengan berbekal pengetahuannya ini ia membuat suatu panduan bagi pengendara mobil yaitu dengan ilmu goniometri atau ilmu ukur sudut. Seperti apa ilmu ini? Yaitu ilmu ukur sudut yang menggunakan rumus <i>sinus, cosinus</i> dan<i> tangen</i>. Tentu Anda ingat pelajaran ini sewaktu di SMU dulu.

Panduan bagi pengendara mobil dengan ilmu goniometri ini bukan mewajibkan pengendara untuk lebih dulu pandai menghitung atau mengukur sudut mobilnya. Hitung-hitungan sudutnya sudah diukurkan oleh Sugiono. Ia akan mengukur dimana sudut-sudut ban, bodi, bemper, spion dan jarak aman di depan. Semuanya diukur dengan menggunakan ilmu goniometri, yaitu ilmu ukur sudut. Nah, hasil dari penghitungan sudut-sudut tadi diwujudkan dalam bentuk garis-garis bantu. Kemudian garis-garis tadi ditempelkan pada kaca depan mobil, sebagai pedoman pengendara. Hasilnya, mengemudi jadi jauh lebih gampang, cukup mengikuti petunjuk garis yang sudah ada. Dijamin tidak <i>serempetan</i>. Garis-garis ajaib ini diberi nama GAID oleh Sugiono. "GAID ini dibaca dengan lafal pengucapan bahasa Indonesia, yang berarti pemandu dalam bahasa Inggris," ujar Sugiono sambil tersenyum.

<b>Meniru kokpit pesawat tempur</b>

Ide membuat GAID ini muncul ketika Sugiono sedang tugas belajar di Kanada. Waktu itu ia sedang melihat-lihat kokpit pesawat tempur F-16. Ia kagum dengan teknologi yang digunakan pesawat ini. Apalagi saat pilot pesawat tempur ini sedang membidik sasarannya. Sang pilot tidak membidik sasaran dengan memicingkan sebelah matanya, karena jelas tidak mungkin dilakukan. Tetapi pilot pesawat tempur ini membidik sasarannya dengan menggunakan garis-garis panduan yang ada di kaca kokpit. Teknologi ini namanya <i>head up display</i> yang sudah ada sejak tahun 1982an. Sugiono lantas berpikir, bagaimana cara membuat garis-garis panduan ini. Dengan latar belakang ilmu yang dimiliki ia cukup tahu bagaimana proses pengukurannya.

Selesai tugas belajar, saatnya Sugiono pulang ke tanah air di tahun 1987. "Kebetulan juga saat itu saya mau punya mobil," kekehnya. Karena selama bertahun-tahun hanya mahir mengendarai sepeda motor, Sugiono merasa was-was dan khawatir juga ketika pertama kali mengendarai mobil barunya. Banyak sekali yang dipikirkan ketika menyetir mobil, seperti jarak bodi samping kiri-kanan, kemudian jarak bemper depan, belum lagi spionnya apakah menyerempet atau tidak. Ia jadi teringat akan garis-garis panduan yang ada di kokpit pesawat tempur F-16. Sugiono lantas mencoba mengaplikasikan garis-garis panduan tadi di mobil kesayangannya.

Awal pembuatan GAID masih belum sempurna. "Saya sempat pusing-pusing juga setelah beberapa jam berkendara. Karena di dalam gelap di luar kelihatan terang sekali," jelasnya. Waktu itu Sugiono membuat GAID dengan kaca film yang dibolongi. Sehingga garis-garis panduannya menjadi berwarna terang. Setelah disempurnakan kini justru garis panduannya yang terbuat dari kaca film sehingga tidak membuat pusing pengendaranya. GAID tampak sangat sederhana, bisa saja dengan mudah ditiru. Walaupun cukup sulit membuatnya karena membutuhkan hitung-hitungan tertentu. Untuk amannya, Sugiono mencegah pemalsuan dengan mematenkan hasil penemuannya ini. Tahun 1991 GAID didaftarkan paten, sambil terus dikembangkan hingga di tahun 1997patennya keluar.

<b>Pengendara tahu jarak dengan pasti </b>

Dengan GAID pengendara sangat dimudahkan. Hal-hal yang dipikirkan ketika menyetir mobil, seperti jarak bodi samping kiri-kanan, kemudian jarak bemper depan, belum lagi spionnya apakah menyerempet atau tidak dapat diketahui dengan pasti. Bahkan lintasan ban juga bisa diarahkan dengan tepat untuk menghindari lubang dengan tepat. Termasuk jarak aman sewaktu mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi. Tidak pakai <i>feeling</i> atau kira-kira lagi.

GAID yang dipasang pada kaca mobil ini mengikuti ukuran tinggi badan pengendaranya. Sangat individual, sehingga supirnya tidak bisa ganti-ganti. Bagaimana cara kerjanya? Di kaca mobil yang sudah dipasangi GAID ini ada garis-garis horisontal/melintang dan angka 5, 10, 20, 60 dan 100. Angka-angka ini menunjukkan jarak dari bemper mobil Anda ke jangkauan di depan. Pada saat mengendarai mobil dengan kecepatan 60 km/jam misalnya, jarak aman mobil Anda dengan mobil di depan tak kurang dari angka 60 yang ada di kaca mobil Anda. Dengan kata lain jika kecepatan mobil 60km/jam, jarak aman depan mobil Anda juga 60 meter.

Kemudian ada panduan tiga garis vertikal atau tegak lurus dengan simbol gambar ban mobil, bodi mobil dan spion di kiri dan kanan. Garis vertikal yang berada di kiri untuk panduan lintasan ban, bodi mobil dan spion kiri. Garis vertikal yang berada di kanan untuk panduan lintasan ban, bodi mobil dan spion kanan. Satu contoh, dengan hanya dipandu garis vertikal bersimbol ban mobil ini, Sugiono yakin jika ada jembatan yang hanya selebar ban mobil kiri-kanan, dengan mengikuti garis panduan ini mobil bisa lewat dengan mulus tidak akan terperosok. Garis panduan bersimbol ban mobil ini, juga membantu pengendara memilih jalan yang dilaluinya. Misalnya di depan mobil ada lubang, bisa dengan mudah dihindari. Cukup mengarahkan kemudi dan garis lintasan ban diusahakan tidak menyentuh lubang. Bisa menghindar ke kiri atau ke kanan. Hal ini berlaku untuk ban kiri atau ban kanan, dengan mengikuti garis panduannya.

Untuk garis-garis vertikal yang bersimbol gambar bodi mobil dan spion di kiri dan kanan, berguna sebagai panduan pengendara agar bodi atau spion mobilnya tidak menyenggol benda atau kendaraan lain. Garis vertikal bersimbol bodi mobil sangat membantu pengendara menghindari benda-benda yang tingginya sebatas pintu mobil. Sangat memudahkan kala memarkir mobil agar tidak bersenggolan dengan mobil tetangga. Sedangkan garis vertikal bersimbol spion akan sangat bermanfaat ketika pengendara sedang memasuki sebuah lorong sempit. Biasanya, saat berkendara di lorong sempit, seringkali spion mobil terantuk tembok atau tiang. Dengan panduan garis bersimbol spion ini, jika garisnya tidak menyentuh tembok atau tiang, dipastikan spion mobil aman tidak terantuk tembok. Dengan bantuan GAID ini, lorong sempit jadi mudah dilalui, spion mobil aman, bodi mobil pun bisa tetap mulus.

Sebenarnya GAID ini bukanlah barang baru, sudah diperkenalkan Sugiono sejak tahun 1999. Tetapi saat itu Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi. Sugiono maklum akan kondisi seperti ini, sehingga hasil temuannya tidak begitu direspon masyarakat. Sekarang hasil temuannya mulai dilirik lagi. Pemasangan GAID masih dilakukan secara manual, Sugiono pun masih mengukurnya sendiri. Untuk dipasang di mobil jenis minibus atau jip GAID dihargai Rp 250.000 sedangkan untuk mobil jenis sedan harganya Rp300.000. Menurut Sugiono, memasang GAID di mobil sedan jauh lebih sulit dan bisa memakan waktu 3 jam, karena posisi kaca mobil sedan yang lebih landai. Sedangkan pada minibus pemasangan GAID cukup membutuhkan waktu 2 jam saja. Perawatan GAID cukup mudah. Hanya dijaga kebersihannya, tetapi dengan cara halus. Menggunakan<i> kemoceng</i> atau "bulu ayam". Bila basah hanya ditempelkan lap kering. Tidak boleh digosok, sebab garis-garisnya bisa hilang.

Sampai sekarang, GAID masih terus dalam pengembangan. Sugiono mengembangkan GAID generasi baru menjadi lebih universal. Tidak tergantung pada tinggi badan pengendaranya. Singkatnya, siapa pun supirnya bisa menggunakan panduan ini. "Tetapi ini belum dipatenkan, masih saya rahasiakan,"ujarnya.

<b>Inboks</b>

<b>Di jalan sempit tak perlu ciut</b>

Menyetir mobil di jalan yang sempit sering membuat was-was, apalagi jarak pandang juga tidak memadai. Jika hanya mengandalkan perasaan saja, sama saja dengan berjudi. Kalau tidak selamat, ya bodi mobil pasti tergores. GAID membuat berkendara di jalan yang sempit menjadi lebih mudah. Dengan mengikuti patokan garis yang bersimbol bodi terluar, tak perlu kuatir terjadi serempetan. Bahkan untuk menghindari benturan spion juga bisa dilakukan dengan mengikuti garis simbol spion.

  1. Untuk menghindari persinggungan bodi mobil, garis yang bersimbol bodi terluar diusahakan tidak menyinggung sesuatu atau benda yang tampak di hadapan Anda. Arahkan kemudi anda agar garis simbol bodi mobil terluar ini tidak bersinggungan dengan sesuatu atau benda. Kalau sudah tidak bersinggungan berarti mobil Anda dijamin aman tidak akan menyerempet sesuatu. Perlu diingat hal ini dilakukan untuk garis simbol bodi kiri dan kanan. Kalau garis simbol bodi kiri atau garis simbol bodi kanan saja yang aman, tetap saja terjadi serempetan.


     

  2. Spion mobil kerap mengalami benturan di jalan yang sempit. Walaupun hanya spion, alat yang satu ini ibarat mata bagi pengendara mobil. Kalau kebetulan salah satu spion pecah karena terbentur, tentu akan menyulitkan pengendara untuk melihat kendaraan di belakangnya. Cukup mengikuti garis simbol spion, alat bantu "penglihatan" ini akan selamat dari benturan. Cara kerjanya mirip dengan cara kerja saat menghindari persinggungan bodi mobil. Bahkan, cukup dengan menjaga jarak garis persinggungan spion mobil ini, otomatis bodi mobil juga aman dari serempetan. Sebab, spion, kan bagian terluar dari mobil. Singkatnya, arahkan kemudi dan hindari sesuatu atau benda tidak mengenai garis simbol spion kiri dan kanan. Lantas, tinggal tancap gas, deh.

 

1 comment:

Anonymous said...

Mas,
ini Pak Sugi.
Gambar-gambarnya belum ada ya?
Kalau sudah ada gambar-2-nya, wah... mak nyus banget, dech.
Trims.