Thursday, March 8, 2007

Air...


Minum Oksigen Lewat Air Segi Enam


Penulis: M. Sholekhudin dan Bimo Wijoseno

Percaya atau tidak, oksigen yang biasanya dihirup kini juga bisa dikonsumsi lewat air minum. Lebih segar rasanya. Namun, bagaimana manfaatnya?
=====
Air dan oksigen syarat mutlak bagi kehidupan.
Tanpa air metabolisme di dalam tubuh tidak bisa jalan. Berhubung sebagian besar (70%) tubuh kita berupa air, kita masih masih boleh hidup satu minggu lagi tanpa minum air.
Tanpa oksigen tubuh tak sanggup membakar glukosa hasil proses pencernaan makanan menjadi energi yang kita gunakan untuk beraktivitas. Dalam hitungan menit tanpa suplai O2, kita bablas, dan gelar "anumerta" pun tersemat.
Karena sama pentingnya, terbit pikiran-pikiran kreatif di kalangan industriwan untuk menciptakan air tinggi oksigen. Minuman hasil kolaborasi antara air dan zat asam itu kini sudah banyak beredar di pasaran. Ada yang dipasarkan dalam bentuk kemasan botol siap minum. Ada juga yang harus diperoleh lewat sebuah teko "ajaib". Teko itu yang ditawarkan kepada konsumen, karena bisa menyulap air biasa menjadi air tinggi oksigen.
Kelihatannya, persaingan produk-produk macam itu berlangsung seru. Teristimewa karena hampir semua produk diiklankan sebagai minuman kesehatan yang bisa mencegah dan mengusir berbagai gangguan kesehatan dan penyakit.

Sering buang air
Daniel Tedja, marketing director Super O2, punya cerita. Tubuh manusia tidak dapat menyimpan oksigen sebagai cadangan untuk dimanfaatkan di kemudian hari. Zat asam ini dikonsumsi dan diproses oleh sel tubuh secepat sistem pernapasan menyerap oksigen dari udara. Dengan minum air beroksigen, kebutuhan zat asam saat itu juga dapat terpenuhi.
Untuk memperoleh manfaat maksimal, minuman bening ini disarankan agar diminum dua botol per hari, sebelum atau sesudah makan. Jika diminum secara teratur, masih menurut Daniel, stamina dan vitalitas tubuh berangsur prima. Penampilan pun segar senantiasa.
Daniel mengungkapkan, produk yang dia pasarkan diolah dengan teknologi impor bikinan Jerman. Lewat teknologi itu, molekul oksigen diikatkan pada molekul-molekul air biasa. Selanjutnya, air yang sudah ditempeli oksigen itu dikemas dalam keadaan mampat bertekanan. Dengan proses ini bisa diperoleh kadar oksigen 80 ppm (8 mg oksigen/100 g air).
Air beroksigen dalam kemasan botol memang praktis. Tinggal buka tutupnya, langsung diminum isinya. Kalau menggunakan Actimo, nama teko "ajaib" buatan Korea itu, harus menunggu lebih dulu. Namun, alat itu dipromosikan dapat mengubah air biasa menjadi air heksagonal yang juga mengandung oksigen.
Meski produknya tidak dinyatakan sebagai air heksagonal, kata Daniel, kadar oksigen yang terlarut tak jauh beda dengan air heksagonal.
Akan tetapi Wiwit, staf pemasaran Actimo, bercerita, air heksagonal punya kelebihan. Salah satunya, lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan dengan air biasa. Itu sebabnya, air heksagonal lebih mudah masuk ke dalam sel tubuh untuk mengangkut nutrisi dan membuang racun hasil metabolisme sel.
Wiwit juga bertutur, air heksagonal mampu membuat tubuh selalu bugar, menyembuhkan pelbagai macam penyakit, bahkan bisa digunakan untuk tujuan kecantikan. Saat pertama kali diminum, air heksagonal akan membuat Anda buang air kecil 3 - 4 kali dalam satu jam. Jangan khawatir, itu hanyalah indikasi proses pembersihan tubuh dari sisa metabolisme.
Dari berbagai produk air beroksigen itu, tampaknya air heksagonal inilah yang paling fenomenal dan sulit dijelaskan pada awam. "Air kok dibikin segi enam. Mana bisa?" orang pun bertanya. Ada teknologi apa sebenarnya di balik misteri air heksagonal itu?

Sistem cluster
Sehari-hari kita hanya membedakan air dalam bentuk cair (air), padat (es), dan gas (uap). Namun, secara kimiawi semuanya disebut air. Satu molekul air (H2O) berupa dua atom hidrogen (H) yang diikat oleh satu atom oksigen (O). Ketiganya terikat dalam bentuk kaku, menyerupai huruf "V" bersudut 104,5 derajat. Atom O berada di bagian sudut huruf "V", sedangkan masing-masing H berada di ujung kedua kakinya.
Dalam setetes air terkandung miliaran molekul air. Anda bisa membayangkannya, miliaran huruf "V" berjejalan dan terus-menerus bergerak secara acak. Kondisinya hiruk-pikuk dan tak beraturan. Namun, dalam keadaan tertentu molekul-molekul air ini bisa berbaris tertib. Misalnya, dalam keadaan padat sebagai es atau salju.
Dalam bentuk es atau salju, secara alamiah molekul-molekul air berbaris rapi. Setiap enam molekul bergandeng tangan lewat ikatan hidrogen, membentuk suatu water cluster (klaster air) yang berstruktur cincin segi enam (heksagonal).
Karena klasternya berbentuk segi enam, maka di antara enam molekul itu terdapat sebuah ruang kosong, yang ukurannya lebih besar dari ukuran molekul air itu sendiri. Itu sebabnya ketika membeku, air memuai karena memakan ruang lebih besar. Di ruang ini molekul oksigen bisa terjebak, tak bisa meloloskan diri. Alhasil, struktur air heksagonal ini mengandung jumlah oksigen lebih banyak daripada struktur air biasa.
Dr. Bambang Ariwahjoedi, M.Sc. Tech., dari Departemen Kimia, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Bandung, bilang, klaster air bisa terbentuk secara spontan di alam. Syaratnya, temperatur cukup dingin (0 – 4 oC) dan ada molekul selain air yang terlarut. Kondisi ini terjadi, misalnya, pada air-air pegunungan yang suhunya cukup rendah dan mengandung cukup mineral terlarut.
Bagaimana dengan air dalam kemasan? Di sinilah hebatnya ilmuwan. Meski tidak beku, molekul air bisa "dipaksa" bergandeng tangan dengan bantuan kekuatan medan magnet dan sinar inframerah, sehingga membentuk struktur heksagonal. Strukturnya bisa ditata begitu rupa, karena molekul air memiliki sifat-sifat elektrik dan magnetik.
Namun, daya paksa ini punya keterbatasan. Jika suhu air dinaikkan, molekul-molekul air itu mendapat energi untuk melawan. Akibatnya, struktur heksagonal terurai. Air heksagonal pun berubah menjadi air biasa. Oksigen yang semula terjebak, bisa lenggang kangkung meloloskan diri.

Langsung diminum
Logikanya, semakin tinggi kenaikan suhu, makin kecil pula oksigen yang terlarut. Soalnya, kenaikan suhu membuat gerakan molekul air lebih cepat, sehingga menghancurkan struktur heksagonal dan melepas oksigen yang terperangkap.
Sebagai gambaran, pada suhu 30oC, kelarutan oksigen akan turun separuh dibanding pada es. "Jangan heran kalau minum air es, terasa lebih segar ketimbang air hangat, karena kandungan oksigen dalam air es lebih tinggi," kata Dr. Zeily Nurachman, kolega Bambang di ITB.
Titik kritis terjadi pada suhu 100oC. Pada suhu didih tak ada lagi oksigen yang terlarut, alias nol. Sifrun, kata orang Arab. Dengan kalimat lain, manfaat air heksagonal sebagai pembawa oksigen akan tinggal cerita jika dipakai dengan cara dimasak.
Dr. dr. Septelia Inawati Wanandi, dari Bagian Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, bilang, air heksagonal memang sangat labil, karena menentang struktur alami air. Selain rentan suhu, ia juga bisa terurai selama masa penyimpanan.
Itu sebabnya sebagian produsen menyarankan, air heksagonal diminum kurang dari 20 menit sejak disiapkan. Sebagian yang lain menyarankan, produknya disimpan dalam lemari es bersuhu 8oC, serta terhindar dari cahaya Matahari langsung.
Secara kasat mata, penampilan air heksagonal maupun air beroksigen tinggi tak jauh berbeda dengan air minum dalam kemasan. Sama-sama bening dan menjadi plin-plan jika berada di atas daun talas. Perbedaan kandungan oksigen hanya bisa diketahui dari uji oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO).
Untuk membuktikan adanya struktur heksagonal dibutuhkan sejumlah peralatan canggih, seperti nuclear magnetic resonance (NMR). Uniknya, di pasaran kini juga beredar produk air heksagonal dalam kemasan yang harganya tak jauh beda dengan harga air minum biasa dalam kemasan. Padahal, untuk memproduksi air heksagonal dibutuhkan peralatan canggih dan tentu saja biaya mahal.
Jadi, itu air heksagonal beneran atau jadi-jadian?

Sulit diuji
Karena strukturnya labil, menurut Septelia, air heksagonal bisa saja terurai jika dipasarkan dalam kemasan siap minum. Selama masa penyimpanan, sangat mungkin air heksagonal telah berubah menjadi air biasa. Repotnya, ini tidak bisa diuji oleh konsumen.
Pembuatan air heksagonal membutuhkan campur tangan energi yang dipaksakan, misalnya energi magnetik atau getaran. Penggunaan energi yang dipaksakan ini bisa berdampak dilepaskannya banyak radikal bebas. Namun, ini tidak berarti air heksagonal yang terurai pasti berbahaya buat kesehatan.
"Belum ada penelitian yang mendukungnya," papar Septelia.
Tentang berbagai khasiat air heksagonal yang dipromosikan, Septelia menuturkan, umumnya klaim khasiat itu didasarkan pada pengalaman beberapa orang saja. Padahal menurut ilmu kedokteran, klaim manfaat sebuah produk seharusnya didasarkan pada data uji klinik. Bisa saja kesembuhan itu bersifat individual atau berasal dari efek sugesti. Bukan efek sesungguhnya.
Senada dengan itu, Dr. Bambang Ariwahjoedi, M.Sc. Tech., dari Departemen Kimia ITB, berpendapat, bisa saja efek yang terjadi hanya efek plasebo. Sebab, menurut dia, organ yang didesain untuk menyerap oksigen adalah paru-paru, bukan usus.
Tanpa bermaksud menunjuk sebuah produk, Septelia menganalogikannya dengan terapi oksigen hiperbarik. Lulusan University of Marburg, Jerman, ini menyarankan, sebaiknya pemberian oksigen yang dipaksakan itu dilakukan dalam periode tertentu (bukan terus-menerus), hanya sebagai semacam terapi kejut. Tujuannya untuk menghasilkan radikal bebas dalam jumlah tertentu yang diharapkan dapat "membangunkan" produksi antioksidan tubuh yang "tertidur".
Masih menurut Septelia, wajar jika seseorang mencoba salah satu produk air heksagonal ketika sakitnya sulit atau tidak dapat disembuhkan dengan obat-obat biasa. Apalagi, produk yang dicoba relatif tidak mahal dan tidak berbahaya. Bukan hanya air heksagonal, minum banyak air biasa pun bermanfaat buat kesehatan. Kecuali, tentu saja, bagi mereka yang ginjalnya sudah terganggu.
Bambang sependapat. Menurut dia, bisa saja produk-produk itu betul punya manfaat buat orang-orang tertentu. "Bila ada orang merasa sembuh setelah minum air itu, boleh jadi dia memang sedang membutuhkan," terangnya. Meskipun hingga kini belum ada bukti ilmiahnya, kemungkinan produk-produk itu berjaya tetap terbuka.
Jadi, tidak salah jika Anda ingin menjajal khasiat "air sakti" ini. Tapi untuk sementara, jangan kuciwa kalau hasilnya tak sesuai harapan. Nikmati saja minuman itu seperti Anda menikmati soft drink tanpa soda. Jangan lupa, saat menenggak, jangan ragu untuk bilang, "Kutahu yang kuminum!"

No comments: