Wednesday, March 7, 2007

Kepala dan kelapa


Murdjanto Rochadi: Kejatuhan Kelapa Menjadikannya Penyembuh
Oleh: A. Bimo Wijoseno




Dia rohaniwan. Namun, di kalangan orang-orang yang mendambakan kesembuhan dari penyakit, dia dikenal sebagai penyembuh. Bermacam penyakit dia lenyapkan lewat kekuatan doa dan iman. Dialah Romo Th. Aq. Murdjanto Rochadi Widagdo Pr. atau biasa disapa Romo Rochadi.
=====
Romo Rochadi menyebut cara penyembuhannya dengan istilah penyembuhan dengan energi Ilahi. Hanya orang tertentu yang bisa merasakan dan melakukan hal ini. Menurut dia, pada waktu kita berdoa, semuanya bisa terjadi. Kalau sumber energi Ilahi (Tuhan) datang, segalanya bisa sembuh, termasuk penyakit.
Dalam penyembuhan penyakit kanker misalnya, "Prosesnya hanya dengan memegang kankernya, berdoa memohon pada Tuhan bersama pasien. Lantas kanker hilang dalam sekejap. Pasien yang menderita kebutaan karena glaukoma saya pegang matanya dan kemudian sembuh. Sebagai pelaku, miracle ini saya hanya lewat saja. Saya hanya wadah. Semua ini adalah karya Tuhan yang bekerja lewat iman dan kepercayaan," kata Rochadi.
Ia sendiri pun merasa heran, pasien yang ingin disembuhkan datang kepadanya secara berbarengan dan waktunya seragam. Dalam satu hari datang pasien pengidap HIV semua. Besoknya, pasien kanker semua. "Padahal, saya tidak menjadwal dan saya tidak punya sekretaris khusus untuk mengaturnya. Itu semua terjadi karena seperti ada yang mempertemukan. Semua itu karya Ilahi," ungkap Rochadi.
Dalam hal ini, Rochadi hanya just do it. Dengan penuh keyakinan, ia berkata pada orang itu bahwa ia akan sembuh. Lantas terjadilah. "Ini adalah karya Tuhan untuk mengingatkan manusia supaya jangan sombong. Meskipun begitu pintar, ia tetap manusia. Masih ada yang lebih tinggi, yaitu yang Ilahi,” tegas Rochadi.
Sejak kapan bisa menyembuhkan dan bagaimana bisa melakukannya, Rochadi sendiri tidak bisa memastikannya. Lalu ia mencoba merefleksikannya lewat sejarah hidupnya. Suatu kali di tahun 1966 ia sakit parah. Kepalanya kejatuhan kelapa ketika sedang bermain. Waktu itu umurnya masih tujuh tahun, kelas 1 SD. Ia jatuh pingsan, kemudian lumpuh dan wajahnya menjadi hitam karena darah yang membeku. Semua orang yang datang menjenguknya menangis dan berpikir anak ini kelak akan jadi apa.
Rumah sakit memang ada. Namun, karena tinggal di desa, hanya ada rumah sakit sederhana dan obat seadanya. Namun, ia yakin akan sembuh berkat doa orang-orang yang mencintainya. Kurang lebih satu tahun setelah kejadian, ia sembuh dan bisa berjalan lagi. Itu semua terekam dalam ingatannya. Ia merasa, kuasa Ilahi telah menyembuhkannya. "Itu semua rencana Tuhan dari awal. Tanpa sengaja saya bertemu orang lain yang mengalami sakit parah seperti saya. Kita berdoa bersama, mohon kesembuhan, sekejap saja sakitnya sembuh."
Kini setiap hari Rochadi bertemu dengan orang sakit. Kadang sampai 6 - 8 jam seharinya. Jumlah pasien mulai dari 10 - 50 orang, tapi tak jarang sampai ratusan. Ia sendiri heran akan daya tahan fisiknya.
"Tuhan bekerja melalui sejarah manusia. Setiap orang punya sejarah dan di sana ada campur tangan-Nya. Pengalaman Ilahi berupa pengalaman lemah insani, semisal sakit atau penderitaan lainnya, ini bisa menjadi kekuatan spiritual. Tak aneh kalau ada banyak penyembuh yang awalnya disembuhkan oleh Tuhan," jelas Rochadi.

Buang yang negatif
Untuk bisa memahami penyembuhan dengan energi Ilahi, kita perlu mengingat kembali bahwa manusia tersusun atas badan (body), jiwa (mind), dan roh (spirit). Dalam diri manusia, ketiganya tidak dapat saling dipisahkan karena merupakan satu kesatuan. Buktinya? Romo Rochadi, memberi contoh sederhana dalam keseharian. Gejala sakit kepala atau pusing bisa muncul pada orang yang terkena masuk angin, sedang banyak utang, atau terkena santet. Jadi, sakit kepala atau pusing itu bisa bermacam-macam penyebabnya, namun sulit dibedakan. Jika diagnosisnya salah, terapi penyembuhannya pun bisa tidak pas.
Banyak penyakit yang muncul dewasa ini, menurut pengalaman Rochadi, lebih karena masalah kejiwaan: ketidaktenteraman hati atau jiwa. "Saya menemui banyak orang yang mengalami trauma ketakutan. Lama-lama trauma (kejiwaan) itu menjadi penyakit fisik. Pada orang yang takut atau ketakutan, ginjalnya bekerja keras. Rasa takut yang sangat bisa membuat orang tersebut terkencing-kencing, berkeringat dingin di tangan dan telapak kaki. Akumulasinya, orang itu bisa menderita sakit ginjal," ucap Rochadi.
Rasa khawatir juga begitu. Orang yang jiwanya selalu diliputi rasa cemas, khawatir, lambungnya akan sakit. Ujung-ujungnya, ia bisa terserang sakit maag. Kesedihan yang berlarut-larut menimbulkan sakit pada paru-paru. Perasaan marah atau jengkel berhubungan langsung dengan jantung. Rasa benci dan dendam bisa membuat orang terkena sakit hati atau liver, karena hatinya memang sakit. Jadi, intinya, "Kalau kita mau sehat dan berumur panjang, ya harus memiliki jiwa yang damai. Kedamaian jiwa menjadi (jaminan) kesehatan," ucap Rochadi.
Seperti kita tahu, manusia memiliki sifat-sifat tertentu. Misalnya, pemarah, pendendam, atau penyabar. Kadar atau kualitas jiwa pada masing-masing orang berbeda-beda. Kualitas jiwa ini berhubungan dengan ingatannya. Jika ingatan seseorang lebih banyak tertuju pada hal-hal positif, niscaya kualitas jiwanya pun positif.
Memori atau rekaman masa lalu seseorang terbentuk dalam menanggapi sesuatu di luar dirinya dan itu berpengaruh pada jiwanya. "Kalau sejak kecil kita selalu ditakut-takuti sehingga takut pada cicak, sampai saat ini pun mungkin kita tetap takut (fobia) pada cicak, meski binatang itu tidak membahayakan. Keadaan ini yang sering disebut trauma, dan trauma tidak lepas dari ingatan," kata Rochadi. Celakanya, menurut dia, ingatan yang jelek ini tidak bisa atau sulit dihapuskan.
Meskipun demikian, kualitas jiwa seseorang masih bisa diupayakan untuk ditingkatkan, misalnya dengan cara pasrah kepada Tuhan atau menghadapinya secara sadar. "(Dengan cara itu) nantinya, seseorang akan mengalami pengalaman baru, dari yang tadinya serba menakutkan menjadi tidak menakutkan lagi," katanya.
Ia menegaskan, sebagai orang beriman, hadapilah hidup ini dengan iman. Setidaknya, kita perlu menyadari bahwa banyak masalah kejiwaan terjadi dalam ingatan seseorang. "Karena itu yang terpenting, bagaimana kita mengelola ingatan. Ingatlah pada hal-hal yang baik saja untuk mengembangkan kualitas jiwa kita."
Manajemen ingatan itu penting untuk menghindari jangan sampai memori kita menguasai hidup kita. Apalagi ingatan buruk seperti putus asa, sedih, rasa kehilangan, dan sebagainya. Sebab, ingatan itu akan membuat diri kita tidak berdaya.
Situasi kekerasan, ingatan akan bencana alam, sampai tontonan hantu di televisi, menurut Rochadi, mendominasi (80%) sumber penyebab orang menderita sakit jiwa. "Banyak orang yang menyimpan hantu di hatinya karena mereka sering menonton (tayangan berbau) hantu. Saya prihatin, sepertinya yang membuat acara ini tidak sadar kalau mereka telah menanamkan rasa takut pada banyak orang. Memang, cerita soal hantu sudah ada sejak zaman dulu. Namun karena sering ditonton, ketakutan pada hantu jadi tertanam. Kalau ingatan kita lebih banyak pada hal-hal yang jelek, hidup kita ini pun menjadi jelek."
Cara lain untuk membersihkan hal-hal yang buruk dari ingatan kita misalnya dengan melakukan meditasi. Prinsipnya sederhana. Tidak perlu bermeditasi selama berjam-jam dan pergi ke tempat yang jauh. "Meditasi itu duduk diam menghadapi diri sendiri. Waktu kita diam, kita jadi tahu, ternyata dalam diri kita banyak sekali ingatan tentang hal-hal yang tidak baik. Duduk diam dalam suasana diam akan membuat kita menjadi baik,” jelas Rochadi.
Apa yang kemudian mesti dilakukan untuk menanggapi segala sesuatu yang terjadi di luar diri kita, agar hati dan perasaan menjadi damai bukan dengan cara ndablek atau tidak ambil pusing sehingga kita merasa aman dan tenteram? Jawabannya, membuka diri. Menurut Rochadi, sikap tidak ambil pusing sama saja dengan menutup diri, tidak peduli pada lingkungan. Ibarat orang yang kedinginan lantas menutupinya dengan selimut, sikap ini sebenarnya sekadar usaha melindungi diri. Padahal, cuaca di luar sudah berubah.

Kolaborasi psikolog dan paranormal
Kita hidup karena roh (spirit). Jiwa dan tubuh kita digerakkan oleh roh. Tak heran kalau roh pun memiliki hubungan dengan kasus kejiwaan. Misalnya, orang yang kerasukan roh jahat atau setan. Jiwa orang yang kemasukan roh biasanya akan mengalami gangguan. Bentuknya bisa rasa takut, bingung, atau perilaku aneh. Setan atau roh jahat itu masuk, "Kalau ada pintu atau jendela. Pintu atau jendela itu berupa perasaan-perasaan yang tidak baik dalam diri kita," jelas Rochadi. Sebaliknya, setan tidak bisa mempengaruhi orang atau merasuki orang yang hatinya bahagia.
Menurut rohaniwan yang berdomisili di kawasan Pejompongan, Jakarta ini, banyak orang yang suka rancu membedakan mana masalah psikologis, mana masalah spiritual. Misalnya, ketika mengahdapi kasus kerasukan, histeria, trance, atau halusinasi yang gejalanya hampir sama, psikolog biasanya akan menganggapnya sebagai masalah psikologis semata. Sementara spiritualis (paranormal) melihatnya sebagai kerasukan setan atau terkena santet.
Lagi-lagi jika diagnosisnya salah, terapinya juga salah. Jika diberi obat, orang yang kerasukan setan tidak bakalan sembuh. "Sebaiknya, ada usaha saling membantu satu sama lain antara spiritual dan psikolog. Sebab, masing-masing profesi punya kelebihan," tegas Rochadi.
Ketika seseorang mengalami gangguan roh, berarti orang itu tidak bebas. Ia bisa mengalami depresi, obsesi, dan posesif. Pada keadaan depresi, roh seseorang terganggu karena tertekan oleh roh lain. Ketika orang mengalami obsesi, roh orang itu tidak berfungsi dengan baik karena mau dikuasai oleh roh lain, seperti keinginan roh lain yang bisa menguasai badan, jiwa, dan perasaan orang. Pada saat seseorang mengalami posesif, roh orang itu dikuasai oleh "kontrak" roh lain. Dengan kata lain bersekutu dengan setan, misalnya.
Menurut Rochadi, orang yang kerasukan sebenarnya karena perasaannya dikuasai. Ketika seseorang sedih, setan atau roh lain itu masuk dalam kesedihan. Sebaliknya, setan tak mudah merasuki orang yang bahagia karena setan itu adalah kuasa ketakutan. Rasa takut dalam hal ini luas cakupannya, seperti takut tidak naik pangkat ataupun tidak dicintai. "Kalau diri kita tidak ketakutan, jiwa kita bebas. Dalam jiwa yang bebas dengan sendirinya akan muncul kebahagiaan," tutur Rochadi.
"Orang harus bisa menjadi bebas secara roh," tegasnya. Sayangnya, banyak orang malah menyerahkan diri pada ikatan dengan roh lain karena rasa takut, sehingga mereka kehilangan kebebasannya. Menjadi bebas secara roh berarti seseorang mampu menentukan hidupnya sendiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Kita diciptakan secara demokratis dan diberi kebebasan untuk memilih. Tak heran kalau kita bisa jatuh ke dalam dosa karena pilihan kita sendiri. "Supaya tak jatuh dalam dosa, orang perlu berpegang pada suara hatinya. Orang akan menjadi baik jika ia mengikuti suara batin atau hatinya," tutur Rochadi.

Gaib yang Ilahi
Menurut Rochadi, penyakit yang dialami oleh manusia sesungguhnya tidak bisa dilihat secara sepotong-sepotong. Kita sering terkotak-kotak. Hanya melihat penyakitnya tetapi tidak menelusuri sumber penyebabnya. Padahal, jasmani, jiwa, dan rohani kita selalu berhubungan. "Semestinya dokter, psikolog, dan spiritualis saling bekerja sama dalam upaya penyembuhan suatu penyakit," katanya.
Rochadi memberi contoh kasus anak indigo yang mampu melihat setan atau memiliki kelebihan indera keenam. Sesungguhnya, anak indigo itu anak yang kelebihan energi. Jika dilihat secara fisik, di dalam tubuh anak indigo terkandung kadar logam merkuri yang besar, bisa jadi akibat polutan.
"Secara fisika, sifat merkuri itu seperti baterai. Kalau terkena sinar Matahari, unsur logam itu akan menyimpan energi," jelas Rochadi.
Anak indigo menjadi kelebihan energi seperti baterai yang di-charge. Karena itu ia perlu bimbingan dan arahan seorang spiritualis agar ia tidak ketakutan jika melihat setan. Sementara itu para ahli lain, semisal dokter atau pakar lingkungan hidup, mesti menemukan cara mengatasi merkurinya. Semua itu seperti mata rantai. "Jika alam rusak, jiwa orang juga ikut rusak, termasuk rohnya pun ikutan rusak," kata Rochadi.
Pasien Rochadi beragam penyakitnya. Ada penyakit yang datangnya dari roh lain alias kerasukan setan. Cara mengobatinya ya diusir setannya. Dengan caranya, Rochadi membuat roh itu pergi dengan sendirinya atau mengembalikan roh itu pada jati dirinya, kembali kepada Tuhan. "Kalau seseorang ketempelan roh jahat, kadang yang bersangkutan tak mampu mengusirnya sendiri. Ia butuh bantuan orang lain untuk mengusirnya," kata Rochadi.
"Ada pasien saya yang menderita sakit kanker karena roh jahat. Mungkin orang heran, roh jahat kok bisa bikin orang sakit kanker. Roh jahat itu bisa berbuat apa saja kecuali mencintai. Ia pun bisa menyembuhkan orang sakit. Namun setan atau roh jahat yang menyembuhkan itu akan selalu mengikat," ungkap Rochadi.
"Karena itu hati-hatilah jika ada orang yang mau menyembuhkan tetapi menjadikan si sakit mengalami ketergantungan pada si penyembuh. Bisa jadi itu roh jahat," tambahnya.
Bagaimana kita bisa membedakan antara roh jahat dan yang baik? "Hati kita akan tahu itu. Kuncinya, hal yang gaib berbeda dengan hal yang kudus. Hal gaib itu gejala aneh tapi belum tentu bersifat Ilahi (datang dari Tuhan). Sedangkan hal yang kudus, merupakan kehadiran yang Ilahi," jelas Rochadi.
Tubuh kita adalah alam. Karena itu hiduplah sesuai dengan siklus alam. Ada siang, ada malam. Ginjal, hati, jantung, dan semua organ tubuh kita bekerja dengan cara teratur. Namun, tidak semua organ bekerja secara bersamaan. Jadi, kalau saatnya makan, ya makan. Saatnya tidur, ya tidur.
Untuk hidup manusia butuh makan. Secara jasmani tubuh perlu makanan bergizi. Secara jiwa tubuh perlu asupan kasih. Lalu secara rohani manusia perlu mengenal Tuhan dan kasih-Nya. Yang tak kalah penting, cintailah diri sendiri. Sebab, kalau tidak bisa mencintai diri sendiri, tentunya kita tidak bisa mencintai orang lain.


1 comment:

Wahyu said...

Yang aneh lagi di Dekanat Pegunungan Bintang, Papua, ada Romo Andreas Trismadi yang memiliki karunia mirip dengan Romo Rochadi, dalam hal penyembuhan penyakit, baik karena masalah rasional maupun irasional (gangguan roh). Menurut beliau kemampuan ini melekat begitu saja pada saat pentahbisan. Uniknya, tanggal lahirnya juga sama dengan Romo Rochadi, yaitu 15 Mei 1958. Para pasien biasanya dilayani baik secara langsung maupun lewat telepon.