Wednesday, March 7, 2007

Makin Enjoy Dengan HP 3G
Oleh: A. Bimo Wijoseno




Bertelepon ria sambil menatap wajah sang pacar atau pasangan yang sedang menelepon di seberang sana? Atau menonton siaran teve di layar telepon seluler? Kini bukan impian lagi. Meski belum ada operatornya secara resmi, produsen ponsel sudah mulai memasarkan telepon berteknologi 3G di Indonesia. Dengan kecepatan mengusung data yang lebih besar dibandingkan dengan teknologi sebelumnya, telepon ini akan memberikan kesenangan baru bagi penggunanya.
=====
Dering telepon berbunyi. Buru-buru seorang gadis mengecek identitas si penelepon dan langsung berbedak membenahi mukanya yang kusut sehabis bangun tidur. Tak sampai dering terakhir ia mengambil telepon selulernya, membuka flip, dan menekan tombol untuk menerima panggilan.
Di layar HP-nya segera terpampang wajah sang kekasih. Sementara itu matanya menatap layar kecil di ujung kiri layar ponselnya, memastikan wajahnya terpampang dengan pas di sana.
Mereka lalu terlibat dalam pembicaraan yang mesra. Sejurus kemudian obrolan pun disudahi. Gadis itu kemudian buru-buru masuk ke kamar mandi. Ternyata hanya wajahnya yang tampak rapi. Dari badan ke bawah, kondisi gadis itu masih berantakan! O-la-la ....
Begitulah tayangan iklan sebuah merek ponsel dengan kebisaan terkini: video streaming. Layanan itu hanya bisa berlangsung jika kita menggunakan ponsel dengan teknologi yang sudah mendukung, yakni 3G. Tentu saja dengan operator yang telah mengaplikasi teknologi 3G pula.

Video mail pun oke
Meski belum ada operator yang melayani secara resmi (beberapa operator sedang melakukan uji coba), ponsel berteknologi 3G sudah menggerojoki pasar ponsel di Indonesia. Dari Nokia ada dua seri (N6630 dan N6680) plus dua lagi yang siap dilempar ke pasar (N7600 dan N70). Motorola mengusung A1000, E100, dan C975. Sedangkan Sony Ericsson mengeluarkan Z800i.
Soal harga memang rata-rata masih tergolong mahal. "Harga Nokia 6630 sekitar Rp 4 - 5 jutaan. Sedangkan seri 6680 sekitar Rp 6,1 jutaan," beber Usun Pringgodigdo, manajer Bisnis Multimedia Nokia Indonesia. Untuk Motorola A1000 dibandrol Rp 6,499 juta; E1000 Rp Rp 4,999 juta; C975 Rp 3,499 juta. "Teknologi ini memang masih baru, dan belum banyak (handset-nya). Nanti kalau sudah memasyarakat, tentu harganya semakin murah," tambah Usun.
Betul, produk teknologi cenderung akan memurah ketika diproduksi dalam skala besar. Dalam dunia perponselan hal itu sudah tampak sejak ponsel itu muncul.
Pada awalnya, teknologi ponsel masih sederhana, hanya bisa digunakan untuk berkomunikasi suara. Fungsinya persis seperti telepon tetap yang ada di rumah. Bedanya, bisa ditenteng ke mana-mana tanpa khawatir terlilit kabel. Masih belum tersedia layanan untuk mengirim data. Jadi, belum bisa kirim sms. Ini generasi pertama atau 1G. Sistem yang dipakai, advanced mobile phone service (AMPS), yang lahir di Amerika Serikat tahun 1970 dan dipakai secara umum di negeri itu sejak 1980-an.
Karena sinyal analog pada teknologi 1G banyak kelemahannya (salah satunya digandakan), maka teknologi ini pun tergusur oleh teknologi digital yang lebih canggih. Inilah generasi kedua atau 2G, yang diadopsi oleh kebanyakan ponsel saat ini. Dengan teknologi digital, kemampuan ponsel jadi bertambah, bukan lagi hanya suara. Komunikasi data sudah bisa dilakukan pada era ini. Data itu bisa berupa e-mail, gambar, nada dering, atau yang populer berupa teks (SMS).
Bahkan ponsel generasi kedua ini sudah bisa dipakai untuk berselancar berkat general packet radio service (GPRS). Teknologi ini mampu mentransfer data sebesar 9,6 - 14,4 kbps(kilo bit per detik). Ada dua sistem yang dipakai pada teknologi ini, global system for mobile communication (GSM) dan code division multiple access (CDMA). GSM ditumbuhkembangkan di Eropa, sedangkan CDMA di Amerika Serikat sebagai hasil pengembangan dari AMPS.
Namun, keinginan manusia terus saja tumbuh sehingga teknologi ponsel pun dikembangkan mengikuti tuntutan itu. Jika sebelumnya data yang bisa dikirim masih berupa teks atau gambar mati, kini dengan teknologi terbaru data bisa dikirim dengan cepat dan lebih "berat". Disebut berat karena data itu bisa berupa video streaming, video phone, atau video conference. Bahkan video mail oke-oke saja diboyong 3G. Dalam video mail kita bisa mendengar dan melihat si pengirim bicara.
Basis 3G tetap teknologi digital. Namun, kecepatan mengirim datanya jauh lebih tinggi, yakni 144 - 384 kbps. Dengan muatan seberat itu, kecepatan memang harus ditingkatkan. Kalau tidak, bisa-bisa tercecer di tengah jalan. Suara sudah berbunyi "O", mulut masih mengucapkan "A". Enggak asyik 'kan?

Dilengkapi GPS
Dulunya, layanan pita lebar seperti itu baru bisa dinikmati oleh komputer multimedia yang terkoneksi dengan internet. Kini perangkatnya diperkecil hingga seukuran genggaman tangan dan mobile. Sistem yang ada di 3G adalah WCDMA (wideband-CDMA), yang dipakai di Eropa, Jepang, Amerika Serikat, dan nantinya Indonesia. Selain WCDMA, di Eropa juga ada UMTS, dan CDMA2000, yaitu kelanjutan generasi 3G dari CDMA.
"Fitur-fitur yang dulu tetap ada, tetapi jadi lebih bagus. Contohnya, untuk mengunduh lagu jadi lebih cepat. Main game online jadi lebih menyenangkan karena reaksinya juga cepat. Bisa multiplayer game dan sekaligus bisa untuk komunikasi suara. Tadinya, game online ini hanya bisa dilakukan di komputer dan tanpa komunikasi suara. File MMS bisa mencapai 300 kb sehingga gambarnya lebih tajam," papar Usun.
Salah satu jualan unggulan 3G adalah video call dan video conference. Untuk ini syarat utamanya tentu harus dilengkapi kamera di muka. Kamera ini menjadi teman kamera yang jamak ada di belakang bodi ponsel kelas menengah ke atas. Hanya saja, kualitas kamera di depan ini masih lebih rendah dibandingkan dengan kamera di belakang. Pada Motorola A1000, misalnya, kamera belakang berkualitas 1,2 megapiksel, sedangkan kamera depan sekelas VGA.
Selain dual camera, layar juga mesti lebar. Tentu saja. Mana nyaman menonton "Liputan 6" SCTV tapi gambarnya kuecilll. Karena berurusan dengan data yang besar, memorinya minimal berkapasitas 64 Mb. Kemudian, karena harus memutar video, ponsel 3G minimal harus sanggup "berlari" dengan kecepatan 64 kbps.
Dengan spesifikasi teknis seperti itu, kaum eksekutif muda (eksmud) akan sangat terbantu dalam melaksanakan tugas-tugas bisnisnya. "Misalnya saja, dalam suatu kesempatan sang profesional muda bisa mengirim langsung data, e-mail, foto, sekaligus suasana live saat ia di kota lain. Sementara si penerima yang sedang melakukan rapat di Jakarta, saat itu juga bisa langsung saling mendapatkan datanya dan melakukan video conference," Usun memberi tamsil.
Karena tak semua pembeli ponsel 3G itu eksmud, maka ponsel ini tak hanya bisa melulu diajak kerja. Bagi yang hobi game dan demen dengerin musik, ada Motorola A1000. Kalau mau, ponsel ini bisa disambungkan langsung ke active speaker asal punya plug in yang 2,5 mm ukurannya. “Kelebihan lain A1000, ada GPS-nya (global positioning system). Namun, untuk layanan ini tergantung apakah operator menyediakan atau enggak," ujar Niviani Trisanti, product trainer PT Motorolla Indonesia.
Sayangnya, belum ada operator telepon seluler yang melayani teknologi 3G ini. Dalam situs telkom.co.id, Dirut Telkomsel Kiskenda Suriaharja mengungkapkan, "Sekitar pertengahan tahun 2005 ini, kami berencana akan mengoperasikan layanan 3G."
Operator yang lain masih uji coba dan penikmatnya terbatas pada vendor-vendor ponsel saja. Salah satunya Marcus Maelissa, manajer pemasaran produk Mobile Devices South Asia PT Motorola Indonesia, yang mendemokan layanan yang diuji coba oleh PT Cyber Access Communications, salah satu operator yang akan terjun ke area 3G, kepada Intisari. "Cakupannya baru sekitar Grogol sampai Cawang (di Jakarta)," ujarnya.
Sambil menunggu operator beroperasi, tak ada salahnya siap-siap membeli handset-nya dulu.


No comments: