Thursday, March 1, 2007

Udara segar...di mana...


Memetik Udara Segar di Rumah
Oleh: A. Bimo Wijoseno


Penulis: A. Bimo Wijoseno

Dalam era "hidup kembali ke alam", kita dapat membawa suasana udara perdesaan yang segar dan bersih masuk ke dalam rumah. Terutama rumah-rumah di kota besar, yang sudah makin terkepung oleh udara terpolusi. Air purifier bisa membantu.
=====
Udara cerah berlangit biru/Ingin aku bersenang-senang bersamamu/Bernyanyi-nyanyi dan menari/Di alam bebas dan segar seperti ini.
Sepenggal lagu anak-anak berjudul Hati Gembira karangan AT Mahmud ini sudah jarang terdengar. Tidak lama lagi akan semakin aneh didengar, khususnya di kota-kota besar. Soalnya, udara bersih dan segar di kota-kota macam Jakarta sudah jadi barang langka.
Simak saja hasil penelitian ini. Dari 10 kota di Indonesia, enam di antaranya (Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Jambi, dan Pekanbaru) hanya memiliki udara berkategori baik selama 22 - 62 hari dalam setahun atau tidak lebih dari 17%. Di Pontianak dan Palangkaraya penduduk harus menghirup udara dengan kategori berbahaya, masing-masing selama 88 dan 22 hari.
Khusus Jakarta, data dari Mitra Emisi Bersih (MEB) menunjukkan, kualitas udara kategori baik di Jakarta selama tahun 2001 (365 hari) 75 hari. Pada 2002 angka itu menurun menjadi 22 hari. Seiring dengan membanjirnya sumber polusi bergerak (mobil dan motor), bisa dibayangkan bagaimana buruknya kondisi kualitas udara di Jakarta.
Banyak cara telah diupayakan, baik oleh Pemda maupun lembaga swadaya masyarakat. Sembari menunggu hasilnya, tak ada salahnya kita berupaya sendiri. Menanam pohon di lingkungan sekitar, misalnya. Jika masih mentok juga, coba melirik produk teknologi pembersih udara, yang sering disebut air purifier.

Masih konvensional
Mengapa udara di pegunungan (Kawasan Puncak antara Bogor dan Cianjur, misalnya) atau di desa (kampung halaman kakek nenek kita) terasa segar? Kuncinya, adanya tanaman rindang yang banyak tumbuh di sana. Tanaman inilah yang menjadi bagian dari mekanisme alam untuk menjernihkan udara. Caranya, ion positif dan ion negatif yang dikeluarkan tanaman akan menyeimbangkan kembali komposisi udara yang kotor dengan memperbanyak unsur oksigennya. Udara yang kaya oksigen terasa segar kala dihirup.
Cara pohon menjernihkan udara itulah yang diterapkan pada air purifier. Bukan meniru bentuknya, tapi teknologinya. Sosok penjernih udara ini mirip penyejuk ruangan (AC). Namun, bukan udara dingin yang tersembur, cuma angin sepoi-poi. Jadi, lebih tepat disebut kipas angin plus. Nilai plusnya terletak pada filter yang ada di dalamnya. Fungsinya menyaring udara dari kotoran, debu, bau, partikel kecil, bahkan kuman dan bakteri. Hanya saja alat tidak meniypkan kesejukan.
Teknologi pembersih udara yang ada di pasaran sekarang sebagian besar masih konvensional, namun sudah ada perkembangan yang berarti. Peranti kerasnya masih berupa kipas angin yang berfungsi menyerap udara dan filter karbon sebagai penyaring udara. Filter udara inilah yang sekarang "diotak-atik" biar semakin canggih.
Ambil contoh filter udara yang ada di alat pembersih udara merek Samsung. "Alat ini sudah menggunakan teknologi silver nano dan dilengkapi hepa (high efficiency particulate air filter - Red.), yaitu filter yang terdiri atas 11 filter penyaring yang menghasilkan udara bersih," ujar Wisnu Sigit, manajer pemasaran produk PT Samsung Elektronik Indonesia (SEI).
Silver nano adalah pelapis filter dari perak yang bisa mengikat bakteri dan jamur. Sedangkan filter hepa sendiri mampu menyaring kotoran hingga ukuran 0,3 mikrometer. Tak hanya itu, bau-bauan tak sedap, semisal bau asap rokok, juga bisa lenyap.
Lain lagi dengan pembersih udara merek Sharp dari Jepang. Teknologinya dikemas dengan nama plasmacluter. "Di dalam air purifier-nya ada alat yang membentuk keseimbangan ion positif dan ion negatif yang ada di udara," ujar Cokhy Indira Pasha, product marketing AC dan air purifier dari PT Sharp Yasonta. Prinsip kerja plasmacluster ini menguraikan air (H2O) menjadi ion positif (H+) dan ion negatif (O2-).
Selanjutnya, reaksi kimia yang sulit dijelaskan di sini menjadikan udara seimbang (Intisari, September 2004). Sharp mengklaim bahwa semburan plasmacluster-nya dapat menjangkau seluruh sudut ruangan. Selain plasmacluster, Sharp juga melengkapi pembersih udaranya dengan filter hepa. Cuma jumlahnya tidak sampai 11 lapis seperti pada merek Samsung.
Perkembangan teknologi pembersih udara ini relatif lambat karena penggunanya masih sedikit. "Kebanyakan yang memakai alat ini orang-orang yang sedang dalam taraf penyembuhan," ungkap Wiwin, panggilan akrab Windayati Wanayu. Tak heran kalau penggunanya termasuk beberapa rumah sakit. "Namun, ada juga perorangan yang menggunakan alat ini di rumah mereka untuk alasan kesehatan," ucap Wiwin.

Demi kesehatan
Karena produsen dan konsumen alat pembersih udara ini masih sedikit, wajar kalau harga alat masih relatif mahal. SEI melabeli produknya pada kisaran Rp 5 juta untuk kapasitas 40 m2. Tipe ini tentunya cocok untuk di rumah. Pembersih udara dari Sharp dibanderol sedikit lebih murah, Rp 4 jutaan. Namun, kapasitasnya juga lebih kecil, 31 m2. Kalau uang tidak menjadi masalah bagi Anda, tinggal pilih saja yang sesuai kebutuhan.
Namun, sebenarnya pada kondisi bagaimana kita membutuhkan alat ini? Agak sulit menjawabnya. Sebab, jika di rumah sudah ada AC, rasanya udara sudah cukup segar. Tetapi tidak menjamin kalau udaranya sudah bersih. Fungsi AC memang hanya mendinginkan udara, bukan menyaring udara. Meski ada juga yang telah dilengkapi filter.
Namun, fakta yang ada menunjukkan bahwa filter AC tidak maksimal menyaring udara. Di lain pihak, air purifier hanya membersihkan udara tanpa membuat udara terkondisikan. Kalau ingin udara bersih sekaligus terkondisikan (dingin atau sejuk), pilihlah keduanya.
Lain persoalan kalau aspek kesehatan Anda jadikan alasan untuk menggunakan air purifier. Apalagi Anda sangat sensitif terhadap kualitas udara. Misalnya, saja mudah mengalami gangguan pernapasan atau alergi debu. Penderitaan seperti itu bisa terekstradisi. Ibu hamil juga perlu udara segar, bersih, dan sehat untuk kesehatan perkembangan janinnya. Yang hobi memelihara hewan piaraan juga bisa memanfaatkan alat ini. Tidak hanya menyaring bulu-bulu binatang kesayangan yang beterbangan, tapi juga menyaring bakteri yang ikut melayang-layang.
Kesimpulannya, sebenarnya kita semua memerlukan alat ini. Bukankah kita mendambakan udara bersih nan segar? Karena banyak yang butuh itulah, alat ini dibikin supaya fleksibel penempatannya. Untuk kapasitas kecil bisa ditaruh di lantai. Soalnya, ukuran alat ini memang tidak jauh berbeda dengan kipas angin. Jika merasa terganggu dengan penempatan di lantai, pilih yang model tempel di dinding. Model ini mirip AC.
Jika Anda sudah memilikinya, yang perlu diperhatikan adalah kebersihan filternya. Memang benar, filter bisa awet sampai lima tahunan. Dengan catatan, sering dibersihkan. Sebab, kalau tidak, otomatis filternya akan tertutup kotoran. Kalau sudah begitu, kerja pembersih udara juga tidak maksimal.
Untuk urusan bersih-bersih filter ini disarankan untuk dilakukan di luar rumah. Alasannya sederhana, kalau dilakukan di dalam rumah, kotorannya dapat kembali lagi. Cara membersihkannya cukup dengan alat penyedot debu (vacuum cleaner). Tidak perlu dicuci dengan air, sebab bisa-bisa malah rusak filternya. Soalnya, filter itu terbuat dari serat yang halus sekali. Jangan lupa, ganti filter kalau sudah tiba saatnya. Pilih filter yang berdaya tahan lama.
Agak ribet memang, tapi itu konsekuensi memperoleh udara segar. Kalau dipikir-pikir, memang lebih enak hidup di desa, seperti digambarkan oleh lagu karangan AT Mahmud tadi.

Keterangan:
- lead

Boks
SEKADAR SARAN

1. Jangan terpengaruh oleh merek dan harganya, tetapi lihat manfaat dan kelebihannya.
2. Sesuaikan kapasitas air purifier dengan ruangannya. Kapasitas kecil di ruangan yang besar tentu menjadi tak maksimal. Sebaliknya, kita membuang energi.
3. Pilih yang onderdilnya mudah didapat, sehingga tidak mengalami kesulitan bila ada kerusakan.
4. Untuk hasil yang maksimal, cari alat yang filternya berlapis-lapis.

No comments: